PIHAK berwenang China memerintahkan investigasi terhadap skandal vaksinasi yang telah menimbulkan kepanikan masyarakat. Pekan lalu, perusahan pembuat vaksin Changsheng Biotechnology Co diketahui memalsukan data produksi dalam pembuatan vaksin rabies.Â
Perusahaan itu diperintahkan segera menghentikan produksi vaksin tersebut dan menarik seluruh produk itu dari peredaran.
Belum ditemukan bukti mengenai bahaya yang ditimbulkan dari vaksin palsu tersebut, namun skandal ini telah mmemunculkan kepanikan besar di China. Pada Minggu (22/7), Perdana Menteri Li Keqiang mendesak agar para pelaku yang terlibat dalam kasus ini dihukum berat.Â
"Kami akan tegas menindak kegiatan ilegal dan kriminal yang membahayakan keselamatan hidup masyarakat, menghukum secara tegas para pelaku berdasarkan hukum yang ada, dan kami pula secara tegas mengkritik kelalaian tugas serta pengawasan," ungkap Li dalam sebuah pernyataan resmi.
Bagaimana skandal tersebut bisa terjadi?
Pada 15 Juli, badan obat-obatan pemerintah China (SDA) mengumumkan bahwa Changchun Changsheng telah memalsukan data produksi selama proses produksi vaksin rabies untuk manusia.
Lembaga pengawas makanan dan obat China (CFDA) mengatakan bahwa semua vaksin rabies telah ditarik dari peredaran dan perusahaan terkait akan segera diinvestigasi. Beberapa hari kemudian, aparat Provinsi Jilin mengumumkan bahwa vaksin difteri, tetanus dan pertussis atau DTaP yang diproduksi perusahaan tersebut pada 2017 juga masih di bawah standar.
Bagaimana dampaknya bagi masyarakat?