Invasi Darat Israel, Lebih dari 100.000 Warga Palestina Melarikan Diri dari Rafah

Photo Author
- Minggu, 12 Mei 2024 | 09:44 WIB
Seorang warga Palestina duduk di antara puing-puing bangunan yang hancur setelah pasukan Israel meninggalkan Khan Younis, Jalur Gaza, Rabu, 6 Maret 2024.   ((AP Photo/Mohammed Dahman))
Seorang warga Palestina duduk di antara puing-puing bangunan yang hancur setelah pasukan Israel meninggalkan Khan Younis, Jalur Gaza, Rabu, 6 Maret 2024. ((AP Photo/Mohammed Dahman))

KRjogja.com - GAZA - Dalam beberapa hari terakhir lebih dari 100.000 warga Palestina telah meninggalkan Rafah. Demikian disampaikan Badan anak-anak PBB (UNICEF) pada Jumat (10/5/2024), sementara badan kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut angkanya lebih dari 110.000 orang.

Militer Israel pada hari Senin (6/5/2024) memerintahkan warga di Rafah timur untuk menyingkir.

Semua mata tertuju pada Rafah dalam beberapa pekan terakhir. Populasi kota itu membengkak menjadi sekitar 1,5 juta jiwa setelah ratusan ribu warga Palestina melarikan diri dari pertempuran di wilayah lain di Jalur Gaza.

Baca Juga: Libur Panjang Akhir Pekan, Penumpang KA Jarak Jauh Naik 2 Kali Lipat

Kepala sub-kantor OCHA di Jalur Gaza Georgios Petropoulos menuturkan bahwa situasi di wilayah yang terkepung itu telah mencapai tingkat darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Perintah evakuasi baru-baru ini yang kami terima dari pemerintah Israel terkait dengan operasi militer di Rafah kini berjumlah 110.000 lebih pengungsi yang pindah ke (Gaza) utara," kata dia dalam pengarahan di Jenewa melalui tautan video dari Rafah, seperti dilansir CNA, Minggu (12/5/2024).

"Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang harus mengungsi sebanyak lima atau enam kali."

Negara-negara di seluruh dunia, termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), telah mendesak Israel untuk tidak memperluas serangan daratnya ke Rafah dengan alasan kekhawatiran akan banyaknya korban sipil.

Baca Juga: Asah Kemampuan Pasukan Pengintai, Marinir Indonesia-AS Gelar Latihan Gabungan

Koordinator darurat senior UNICEF di Jalur Gaza Hamish Young turut menegaskan Rafah tidak boleh diserang. Dia menyerukan agar bahan bakar dan bantuan segera disalurkan ke Jalur Gaza.

"Kemarin, saya berjalan-jalan di sekitar zona Al-Mawasi, di mana masyarakat di Rafah disuruh pindah," ujarnya, berbicara dari Rafah.

"Lebih dari 100.000 orang telah meninggalkan Rafah dalam lima hari terakhir dan aliran pengungsian terus berlanjut. Tempat perlindungan sudah berjajar di bukit pasir Al-Mawasi dan sekarang menjadi sulit untuk bergerak antara tenda dan terpal."

Perang di Jalur Gaza dimulai setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang diklaim menewaskan setidaknya 1.170 orang.

Baca Juga: Naik Bus Damri ke Candi Borobudur Atau Pantai Parangtritis? Ini Jadwalnya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X