Krjogja.com - Sudah lebih dari 3 bulan sejak Israel memblokade bantuan di semua jalur perbatasan Gaza. Blokade bantuan makanan dan persediaan alat medis telah menyebabkan krisis kelaparan dan ancaman ribuan kematian anak di Gaza.
Dilansir dari Eye on Palestine, seorang anak perempuan bernama Razan Abu Zaher yang berusia 4 tahun mengalami kondisi malnutrisi akut dan menderita atrofi otak. Sejak awal perang, Razan belum menerima dukungan nutrisi yang dibutuhkan kondisinya karena penutupan perbatasan dan blokade makanan dan pasokan medis.
Baca Juga: Sunni Hizbullah Capai Kata Sepakat dengan Manajer, Ucap Kata Perpisahan dengan PSIM
OCHA (Office for The Coordination of Humanitarian Affairs) United Nation melaporkan bahwa per 15 Juni, total 18.741 anak (30% dari total anak yang memerlukan pengobatan gizi buruk akut pada tahun 2025) telah dirawat karena gizi buruk akut di Gaza sejak awal tahun. Sementara itu, angka kematian bayi terus meningkat.
"Wanita hamil dan anak-anak datang dengan kondisi lemah dan kurus di klinik kami. Kami melihat meningkatnya angka malnutrisi, dan gambar-gambar yang memilukan dari anak-anak yang mengantre di dapur umum," kata Jolien Veldwijk, Direktur CARE Palestina di West Bank dan Gaza.
WHO menyebutkan bahwa sebanyak 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi kekurangan pangan. Hampir setengah juta orang berada dalam situasi bencana kelaparan, malnutrisi akut, kelaparan, penyakit, dan kematian.
Baca Juga: Havinhell Tawarkan Pelukan Melodi untuk Jiwa yang Lelah Lewat 'Teruntuk Kau yang Sedang Berjuang'
Menurut Laporan IPC (Integrated Food Security Phase Classification), jika kondisi ini terus berlanjut maka hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami kekurangan gizi akut dalam sebelas bulan ke depan.
"Tanpa akses segera ke makanan dan kebutuhan penting, situasi akan terus memburuk dan menyebabkan lebih banyak kematian serta jatuh ke dalam krisis kelaparan," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. (*)