Trump Perintahkan Pentagon Mulai Uji Coba Senjata Nuklir

Photo Author
- Jumat, 31 Oktober 2025 | 11:40 WIB
Donald Trump saat menyambut Prabowo Subianto (Foto Antara)
Donald Trump saat menyambut Prabowo Subianto (Foto Antara)


Seoul - Presiden Donald Trump pada hari Rabu (29/10/2025) mengumumkan bahwa ia telah memerintahkan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (DOD) untuk segera memulai kembali pengujian senjata nuklir.

"Amerika Serikat memiliki lebih banyak Senjata Nuklir daripada negara mana pun," tulis Trump di platform media sosial Truth Social, seperti dikutip dari The Hill.

"Pencapaian itu, termasuk pembaruan serta renovasi menyeluruh atas persenjataan yang sudah ada, dilakukan selama masa jabatan pertama saya. Karena kekuatan destruktifnya yang luar biasa, saya BENCI melakukannya—tapi saya tidak punya pilihan! Rusia berada di posisi kedua, sementara China masih jauh tertinggal, namun dalam lima tahun ke depan mereka akan mampu menyusul."Klaim Trump soal Amerika Serikat memiliki senjata nuklir terbanyak bertentangan dengan data dari International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) yang menyebutkan bahwa Rusia saat ini tercatat memiliki lebih dari 5.500 hulu ledak nuklir, sedangkan Amerika Serikat memiliki 5.044.

Baca Juga: Purbaya Ingatkan Himbara Dana Rp200 T untuk Ekonomi Rakyat, Bukan Konglomerat

Pentagon belum memberikan pernyataan terkait hal ini.

Pengumuman Trump muncul hanya beberapa jam sebelum ia dijadwalkan bertemu langsung dengan Presiden China Xi Jinping pada hari Kamis (30/10) di Korea Selatan — pertemuan pertama mereka sejak tahun 2019.

Amerika Serikat telah menghentikan uji coba ledakan senjata nuklir sejak tahun 1992.

Mantan penasihat keamanan nasional Trump, Robert C. O’Brien, pada Juni tahun lalu mendorong Trump — yang saat itu kembali mencalonkan diri sebagai presiden — untuk melaksanakan uji coba nuklir jika ia memenangkan Pilpres 2024.

"Washington harus menguji senjata nuklir baru untuk memastikan keandalan dan keamanannya di dunia nyata untuk pertama kalinya sejak 1992 — bukan hanya mengandalkan model komputer," tulis O’Brien dalam artikelnya di majalah Foreign Affairs yang diterbitkan pada Juni tahun lalu. "Jika China dan Rusia terus menolak terlibat dalam pembicaraan pengendalian senjata dengan itikad baik maka Amerika Serikat juga harus melanjutkan produksi uranium-235 dan plutonium-239, dua isotop fisi utama dalam senjata nuklir."

Rusia mengklaim telah menguji rudal jelajah baru yang mampu membawa hulu ledak nuklir, bernama Burevestnik, pada minggu lalu. Rudal itu disebut mampu menempuh jarak hingga 14.001 kilometer.

Uji coba tersebut menuai kecaman internasional, termasuk dari Trump sendiri, yang menyebutnya "tidak pantas" di tengah upayanya mendorong Kremlin untuk duduk di meja perundingan dan menyepakati akhir perang Rusia-Ukraina.

"Kalian harus mengakhiri perang itu. Perang yang seharusnya selesai dalam satu minggu kini hampir memasuki tahun keempat," kata Trump pada hari Senin (27/10). "Itulah yang seharusnya kalian lakukan, bukan menguji rudal."

"Kami menguji rudal sepanjang waktu. Mereka tidak main-main dengan kami, dan kami juga tidak main-main dengan mereka."

Pada hari Rabu pula, Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa Rusia telah berhasil menguji drone bawah air bertenaga nuklir yang juga mampu membawa hulu ledak atom. Ia mengatakan bahwa uji coba tersebut dilakukan sehari sebelumnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X