MAKKAH, KRJOGJA.com - Mendekati puncak haji 1440H/2019M, jemaah diharapkan tidak memforsir tenaga dengan memaksakan diri untuk mengerjakan ibadah sunah. Terlebih saat Bus Shalawat yang mengangkut jemaah haji dari hotel ke Masjidil Haram akan dihentikan operasionalnya mulai 5 Dzulhijjah.
"Jaga kesehatan dengan tidak melakukan pekerjaan yang membutuhkan energi besar. Karena puncak haji sudah makin dekat dan butuh fisik serta stamina prima," tegas Dirjen PHU Kemenag RI Prof Nizar Ali kepada tim MCH 2019, Selasa (30/7).
Dengan terhentinya operasional Bus Shalawat, bagi jemaah diharapkan tidak memaksakan ke Masjidil Haram karena akan menguras tenaga. Apalagi hotel juga memiliki tempat salat yang luas.
Belum lagi jika merujuk pada hadis Nabi SAW bahwa ibadah di Tanah Haram memiliki keutamaan seperti di Masjidil Haram. Sedang semua hotel yang ditempati jemaah Indonesia masih berada di wilayah Tanah Haram.
Mengenai kepastian 1 Dzulhijjah sendiri untuk menentukan waktu wukuf dan Idul Adha juga menunggu penentuan dari Kerajaan Arab Saudi yang akan menentukan melalui Isbat pada 1 Agustus. Hal tersebut juga bersamaan pelaksanaan sidang Isbat yang dilakukan Kemenag RI.
"Saat puncak haji mendatang kepadatan akan luar biasa. Karena itu harus persiapkan fisik sebaik-baiknya karena hampir dipastikan kendaraan sulit bergerak sehingga jemaah harus jalan kaki," imbuhnya.
Mengenai kedatangan 54 petugas haji tambahan dari Kemenag RI, Nizar mengatakan hal tersebut untuk membackup kekurangan petugas karena ada tambahan kuota jemaah sehingga rasio perlu diidealkan.