Profesor Tri Wibawa dari Universitas Gadjah Mada dan Dr Michael Griffiths dari University of Liverpool juga mendapat pendanaan untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan peralatan molekuler yang dapat meningkatkan diagnosa penderita infeksi otak di Indonesia; sementara Dr Anna Rozaliyani dari Universitas Indonesia dan Dr Chris Kosmidis dari University of Manchester mendapat dana untuk mengembangkan uji diagnosis yang lebih mudah dan terjangkau untuk penyakit aspergillosis.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik menuturkan penyakit menular mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan perekonomian nasional. Melalui kerja sama riset tersebut, ilmuwan Indonesia dan Inggris bisa berkontribusi menurunkan kerawanan akibat penyebaran penyakit menular.
"Newton Fund dan Kemristekdikti dalam kemitraannya berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi," ujarnya.
Bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia, dan 54 persen hasil penelitian dari negara itu masuk ke dalam kategori terbaik di dunia. Sebesar 38 persen peraih Nobel juga memilih untuk bersekolah di Inggris.
"Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia untuk menghadapi isu penting di bidang kesehatan. Saya harap riset-riset terpilih ini berguna bagi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih makmur," tutur Moazzam.(ati)