SOLO, KRJOGJA.com - Sebagai sesama wangsa Mataram Islam Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Moertiyah Wandansari memiliki solusi untuk keluar dari kebuntuan Suksesi Mangkunegaran.
"Putra tertua Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundra Jiwa Suryanegara agar berani mengambil inisiatip mengumpulkan saudara-saudaranya. Dan berembug, musyawarah demi kelangsungan Pura Mangkunegaran dan pihak keluarga inti maupun Dewan Pinisepuh agar mendukung. Duduk satu meja memilih figur yang paling tepat untuk menjadi Pengageng Pura Mangkunegaran di Praja Kadipaten Mangkunegaran yang didirikan Pangeran Sambernyowo dibantu Punggawa Baku pada 17 Maret 1757 ," ujar putri Raja Kasunanan Paku Buwono XII kepaÄa wartawan, Kamis (24/2/2022).
Gusi Moeng selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta, merasa prihatin melihat kondisi Mangkunegaran saat ini. Gusti Moeng yang pernah punya pengalaman Suksesi di Kraton Kasunanan Surakarta pasca ayahandanya PB XII mangkat mengatakan kuncinya ada pihak yang berani berinisiatip dan didukung kerabat kraton lainnya.
Gusti Moeng ngeman jangan sampai karena dibiarkan berlarut-larut Suksesi di Praja Mangkunegaran bisa menjurus konflik keluarga seperti kejadian suksesi di Keraton Surakarta.
Sebagai bagian dari trah atau keluarga besar dari Mataram, yang mana Mangkunegaran ini juga bagian dari Mataram, pihaknya sangat prihatin melihat kondisi Mangkunegaran pasca surut (wafat-red) nya Mas Mangkunegara IX," ungkap Gusti Moeng.
Gusti Moeng menilai kelihatanya saat ini belum ada pembicaraan di Keluarga Inti. Mestinya paling tidak setelah 40 hari pasca surutnya Mas Mangkunegoro lX, semua keluarga berkumpul berbicara bagaimana untuk kelanjutan Mangkunegaran," paparnya.
Diakui Gusti Moeng kondisi Kraton Kasunanan Surakarta berbeda dengan Pura Mangkunegaran. Di mana kejadian konflik keluarga di Kraton Kasunanan Surakarta, pihaknya tidak menginginkan dialami di Pura Mangkunegaran.
"Kejadian yang berlangsung di Kraton Kasunanan Surakarta beberapa waktu lalu, jangan terjadi pada kraton trah Mataram lainnya. Meski diibaratkan wilayah Kraton maupun Pura Mangkunegaran diibaratkan mung sak egare payung (hanya kecil ibarat payung yang dimekarkan-red). Namun budaya dan kekayaan adat istiadat baik di Mangkunegaran maupun Kasunanan Surakarta harus bisa lestari sampai akhir jaman dengan aturan yang sudah disepakati dari leluhurnya," tutur Gusti Moeng seraya mengakui dalam aturan baku Suksesi di Kraton Surakarta berbeda dengan Pura Mangkunegaran," paparnya.
Gusti Moeng yang dikenal sebagai figur yang konsisten menerapkan budaya Jawa itu menegaskan bahwa di dalam keluarga Praja Mangkunegaran, saudara tua seharusnya memimpin untuk bicara dengan saudaranya.
"Kalau dalam hal ini katakanlah Paundra (GPH Paundra Jiwa Suryanegara-red) harus bisa mempertemukan dengan kerabat lain Mangkunegaran. Harus berani karena ini demi untuk kelangsungan Pura Mangkunegaran itu sendiri," tegasnya.
Gusti Moeng juga mengibaratkan bahwa sebuah rumah tangga harus ada sosok orang tua yang dituakan.
"Makanya saya menginginkan Mangkunegaran secepatnya untuk berkumpul semua, siapa yang dituakan. Dan apapun hasilnya tapi harus tetap saling menghormati," tuturnya.
"Kalaupun terus saling diam, sendiri-sendiri tidak mau saling berkomunikasi kan hasilnya juga enggak bagus dan bisa ambyar (hancur), itu yang saya sangat prihatin," tandas Gusti Moeng. (Hwa)