Tradisi Weh-Wehan yang Tidak Lekang Oleh Zaman

Photo Author
- Selasa, 19 Oktober 2021 | 08:10 WIB
Tradisi weh-wehan tetap dilakukan oleh warga dengan tetap memakai masker serta prokes dijaga. (Foto: Unggul P)
Tradisi weh-wehan tetap dilakukan oleh warga dengan tetap memakai masker serta prokes dijaga. (Foto: Unggul P)

KENDAL, KRJOGJA.com - Pandemi tidak berarti menurunkan acara tradisi yang sudah ada turun temurun menyambut Maulid Nabi. Tradisi yang hanya ada di Kaliwungu Kendal ini seakan tidak pernah lekang oleh zaman. Bahkan kehadirannya selalu dinantikan warga karena kecintaan dengan Nabi Muhammad SAW. Setiap tahun tradisi weh-wehan atau ketuwin ini menjadi ajang untuk saling bertukar makanan dan berbagi kepada sesama.

Sebagian masyarakat Kaliwungu menyebutnya merayakan Maulud Nabi sama dengan memperingati lebaran Idul Fitri dan lebaran Idul Adha. Anak-anak bersuka cita dengan pakaian baru berkeliling kampung, membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga.

Hampir setiap gang dan kampung di Kecamatan Kaliwungu meriah dengan aneka jajanan dan lampu hias di sekitar rumah warga. Tradisi weh-wehan sendiri awalnya berkembang di dua desa yakni Krajan Kulon dan Kutoharjo yang berdekatan dengan Masjid Agung Al Muttaqin Kaliwungu.

Tradisi saling berbagi atau dalam bahasa jawanya weh-wehan atau saling memberi warga menyiapkan makanan didepan rumah. Meja-meja berderet sepanjang jalan kampung, menunggu mereka saling bertukar jajanan.

Kepala Desa Nolokerto, Nur Fatoni mengatakan tradisi ini hanya berkembang di wilayah Kaliwungu sejak puluhan tahun silam. “Dulunya hanya di Desa Krajan Kulon dan Kutoharjo saja tradisi weh-wehan berkembang menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW. Ulama di Kaliwungu ini memperingati kelahiran Nabi Muhammad dengan saling berbagi dan memberi makanan kepada sesama warga. Kemudian berkembang ke desa-desa lain di Kaliwungu hingga sekarang,” ujar Nur Fatoni, Senin (18/10/2021) petang. Karena dalam suasana Pandemi dirinya meminta warga tetap mengutamakan protokol kesehatan.

Sementara warga Krajan Kulon, Gunawan mengatakan, tradisi ini sudah mengakar di masyarakat Kaliwungu untuk saling berbagi. Menurutnya berbagi makanan sebagai bentuk kecintaan dan bahagia menyambut kelahiran Baginda Rosul Muhammad SAW. “Suka cita masyarakat menyambut maulud nabi di Kaliwungu dilaksanakan dengan tradisi weh-wehan atau saling berbagi,” ujar Gunawan.

Dalam tradisi ini anak-anak menjadi yang paling menanti, karena akan banyak mendapatkan jajanan aneka macam. Bahkan anak-anak ini bersemangat berkeliling kampung membawa makanan untuk ditukarkan dengan makanan lain.

“Tradisi ini paling ditunggu karena banyak jajan dan saling berbagi ini,” terang Rafa Haidar. (Ung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KNPI Sragen Prihatin, Slogan Sragen The Land of Mendeman

Minggu, 21 Desember 2025 | 23:10 WIB

PUDAM Boyolali Rilis Aplikasi Tirta Amperaku

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:10 WIB

Ribuan Kendaraan Kena Tilang ETLE, Ini Pelanggarannya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:10 WIB

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

Khitan Massal Warnai Perayaan HUT Pertamina di Cilacap

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:55 WIB
X