PURWOREJO, KRJOGJA.com - Sub Terminal Agribisnis (STA) Krendetan di Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo mangkrak dan tidak beroperasi maksimal. Infrastruktur itu baru dimanfaatkan sebatas untuk jual beli pedagang Pasar Krendetan. Kegiatan lelang atau pameran produk pertanian tidak pernah lagi diselenggarakan beberapa tahun terakhir.
STA Krendetan hanya aktif pada saat Pasar Krendetan memasuki hari pasaran, yakni pada Rabu dan Sabtu. "Saya tidak tahu STA ini untuk apa, tetapi yang jelas tidak ada kegiatan apa-apa," ungkap pedagang nasi rames di los STA Krendetan, Agus, menjawab pertanyaan KRJOGJA.com, Rabu (6/1/2021).
Aktivitas paling ramai hanya pada saat hari pasaran. Namun, kegiatan yang terjadi hanya transaksi biasa para pedagang Pasar Krendetan dengan masyarakat sekitar.
Adapun pada hari biasa, STA tidak ada aktivitas. "Saya tetap jualan karena melayani konsumen pada pedagang dan konsumen Pasar Krendetan," katanya.
Ketua Pengelola STA Krendetan Alif Purnomo mengatakan, gagalnya operasional STA dilatarbelakangi persoalan kompleks dari sisi hulu hingga hilir. Pada sisi hulu, lanjutnya, produksi klaster produk pertanian harus optimal sehingga STA memiliki jenis barang untuk dipasarkan.
"Saat ini bisa dikatakan konsep klaster tidak jalan alias mati suri. Padahal seharusnya kita bisa mengarahkan buyer untuk masuk klaster dan bertransaksi dengan petani," tuturnya.
Alif mencontohkan, STA di berbagai daerah dapat berjalan karena didukung klaster yang kuat di sisi produksi. Selain itu, pendataan produk secara real time juga berjalan, sehingga STA tahu kondisi di lapangan. "Saya lihat di daerah Malang misalnya, ada klaster wortel di satu desa, maka seluruh petani desa itu konsisten menanam wortel, lalu ada satu penanggungjawab yang memantau perkembangan produksi di desa itu," terangnya.
Selain klaster, kegagalan operasional STA lantaran pengelolaannya dilakukan secara sosial, bukan berorientasi bisnis. Secara konsep, katanya, pengelolaan STA Krendetan sebenarnya sudah berorientasi pada bisnis. Namun pelaksanaanya terkendala tidak adanya modal.
Alif menjelaskan, modal STA penting untuk memastikan ketersediaan produk yang hendak ditawarkan. Modal antara lain digunakan untuk memberi jaminan kepada para petani. "Hasil konsultasi kami dan pemkab saat berkunjung ke STA di Bogor, salah satu kunci sukses adalah modal. Fungsinya untuk mengunci sehingga barang ada ketika akan ditawarkan," ungkapnya.
Namun, STA Krendetan justru tidak mendapat alokasi anggaran sejak tahun 2016. Imbasnya, pengelolaan STA dilakukan secara mandiri. Pengelola STA membayar listrik dan perawatan bangunan memanfaatkan uang hasil pungutan parkir. "Dulu ada anggarannya untuk kegiatan operasional dan rapat-rapat, tetapi kemudian dipangkas. Beda sekali dengan STA di daerah lain, setiap tahun anggaran meningkat, tapi memang pengelola harus siap dibebani tanggung jawab menghidupkan transaksi dan kami siap," terangnya.
Pengelolaan STA Krendetan, lanjutnya, juga tersendat karena sebagian besar pengurusnya berstatus ASN sehingga kerap memiliki keterbatasan. Namun, Alif mengaku tidak menyalahkan mereka karena kesibukan tugas sebagai ASN di Purworejo memang padat sehingga tidak bisa fokus mengembangkan STA.
STA Krendetan beberapa kali pernah menyelenggarakan lelang produk pertanian dengan menghadirkan produsen dan calon konsumen. "Pernah dilaksanakan, bahkan hampir terjadi kesepakatan antara komunitas perajin gula kelapa dan calon buyer," ungkapnya.