KARANGANYAR, KRJOGJA.com - PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Tengah & DIY memberikan bantuan pemasangan meter listrik irigasi ke 35 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di lima kecamatan. Penggunaan energi listrik penggerak pompa air dinilai lebih efisien dibanding konsumsi BBM.
General Manager PLN UID Jawa Tengah & DIY, Feby Joko Priharto mengatakan bantuan tersebut bagian dari program Electrifying Agriculture. Pemakaian listrik di bidang ini mendukung ketahanan pangan nasional.
“Pemerintah menggalakkan electrifying lifestyle atau gaya hidup baru yang mengedepankan kepraktisan serta pemakaian perangkat ramah lingkungan berbasis listrik,†katanya di Desa Kaliwuluh, Kebakkramat, Karanganyar, Rabu (23/12/2020).
Sebelumnya, para petani mengandalkan pompa berbahan bakar solar untuk menyedot air di sumur dalam. Saat kemarau, kondisi seperti ini jamak terlihat di wilayah sulit sumber irigasi teknis. Bantuan ini juga merupakan bentuk sinergi antara PLN dengan pemerintah daerah dimana biaya penyambungan ditanggung sepenuhnya oleh Pemda Kabupaten Karanganyar dengan nilai total sebesar Rp118.702.500.
Total kebutuhan daya di 35 lokasi tersebut sebesar 122.5 KVA. Masing-masing titik berdaya 3500 VA. Adapun 35 pelanggan tersebut tersebar di dua wilayah PLN, yaitu 18 lokasi di wilayah kerja PLN UP3 Sukoharjo dan 17 lainnya di wilayah kerja UP3 Surakarta.
Plt Sekretaris Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Karanganyar, Riyanto mengatakan pemasangan listrik pertanian di 35 titik tersebar di lima kecamatan.
“Kebakkramat 10, Gondangrejo 5, Karanganyar 3, Tasikmadu 14 dan Jaten 3. Pemasangannya dibiayai APBD II. Per titik sekitar Rp 3,5 juta. Sedangkan pembelian tokennya mandiri oleh Gapoktan dan poktan pengguna fasilitas,†katanya.
Pemasangan listrik pertanian akan digencarkan secara merata namun bertahap. Saat ini, belum ada 10 persen pemakaiannya. Itu pun sudah termasuk pemasangan secara mandiri. Petani masih berhitung modal pemasangan yang cukup mahal. Untuk pengadaan jaringan dan tiang listrik sekitar Rp 70 juta per paket.
“APBD membantu stimulan bagi yang bersedia berswadaya. Terutama di lahan yang memiliki sumur dalam. Ke depan, akan dibuat sumur dalam lebih banyak di wilayah krisis air seperti 4 J (Jatiyoso, Jumantono, Jatipuro, Jumantono),†katanya.
Ia menyebut pemakaian listrik pertanian selain efisien juga ramah lingkungan.
“Efisiensinya sekitar 40 persen dibanding solar. Tak berisik dan berpolusi udara pula,†katanya. (Lim)