SOLO, KRJOGJA.com - Bawang merah sering disebut memberikan andil besar terhadap inflasi. Ketergantungan masyarakat terhadap bawang merah di pasaran sebenarnya bisa diatasi. Yakni dengan berbudidaya sendiri di kebun atau sisa tanah yang dimiliki.
Dr Ir Eddy Tri Haryanto, staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menunjukkan hasil budidaya bawang merah dari kebunnya. "Ini hasil panenannya. Ini dipanen 65 hari," jelasnya sambil menunjukan bawang merah di kebun Ngringo, tepi Bengawan Solo Karanganyar, Kamis (22/10/2020).
Dalam mengelola kebun, Dr Eddy berupaya mengefektifkan lahan. Artinya, begitu panen esoknya langsung dicangkul dan ditanami lagi. Ia tidak memakai pupuk buatan. "Kami mamakai pupuk kascing dan menyiram dengan air kolam," teranganya.
Hasil panennya bagus, besar bisa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kerabat dan tetangga. Eddy pertama kali membeli bawang merah ke Pasar Legi sebagai benih. Berikutnya benih sudah bisa diambil dari hasil panen. Selain bawah merah ia juga mengembangkan bawang putih di dataran rendah.
Diantara lahan dibuat kolam untuk mengembangkan perikanan. Limbah kolam bermanfaat sebagai pupuk tanaman.
Apa yang dilakukan staf pengajar Pertanian yang mahir berbisnis ini sebagai contoh bahwa berbagai kebutuhan harian dapur bisa diupayakan sendiri. Ia juga menanam berbagai sayuran di pot. Ada sawi, kangkung, terong.(Qom)