CILACAP, KRJOGJA.com - Masalah ketahanan pangan menjadi sangat penting sekaligus rentan bermasalah pada situasi bencana, termasuk saat pandemi COVID-19 kali ini. Pada kondisi pandemi mengakibatkan ketersediaan akses terhadap makanan diperparah dengan semakin memburuknya kondisi kesehatan serta dibatasinya perpindahan penduduk.
Kekhawatiran pemerintah serta berbagai pihak mengenai kelangkaan bahan pangan tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi para petani maupun masyarakat di pedesaan, karena ternyata mereka masih bisa menghidupi diri sendiri, bahkan sampai meraih keuntungan pada situasi semacam itu. Seperti masyarakat Desa Mernek Kecamatan Maos, Cilacap, melalui badan usaha milik desa (Bumdes) dan kelompok tani masih bisa mengolah makanan dan usaha budi daya perikanan untuk dikonsumsi masyarakat desa sekitar, bahkan ke kecamatan tetangga.
"Kami masih bisa memproduksi makanan olahan, terutama olahan kering dan dijual ke masyarakat desa ini maupun desa tetangga," ujar Direktur Bumdes Ngudi Luhur Desa Mernek, Heriyanto.
Produksi yang dihasilkan diantaranya, Sumpia dan Onde-Onde Ketawa yang menjadi andalan usaha Bumdes tersebut. "Memang pada masa pandemi COVID-19 ada penurunan permintaan pasar, tetapi masih bisa eksis," lanjutnya.
Sedang usaha lain yang ditangani Bumdes Ngudi Luhur itu bidang perikanan, masih bisa memberikan keuntungan kepada petani yang tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan Ulam Sari. Dengan membudidaya ikan gurami (Osphronemus goramy), mereka bisa meraih keuntungan jutaan rupiah.
"Desa kami dengan berpenduduk sekitar 6.000 jiwa yang tersebar di empat dusun, yakni Sibangkong, Rawaeng, Bulupitu, dan Memek Wetan itu menjadi salah satu pemasok hasil pertanian, terutama padi di Cilacap yang selalu surplus beras pada setiap tahunnya. Disamping hasil pertanian, ada budi daya perikanan dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menjadi hasil tambahan warga Desa Mernek," ujar Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin.
Menurutnya, keberhasilan warganya meningkatkan hasil tambahan itu tidak lepas dari bantuan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dijalankan di sekitar wilayah operasi Fuel Terminal (FT) Maos.
"Dari laporan yang kami terima Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Ulam Sari yang berlokasi di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap hingga memperoleh keuntungan Rp 60 juta per tahun," ujar Anna Yudhiastuti, Unit Manager (UM) Communication, Relations, & CSR MOR IV.
Anna menjelaskan dalam kurun waktu satu tahun terakhir, pihaknya telah memberikan bantuan berupa sarana prasarana budi daya mulai dari kolam hingga mesin pembuat pelet makanan ikan. “Berkat mesin pelet yang kami berikan, masyarakat Pokdakan mampu memproduksi pakan ikan secara mandiri dan menghasilkan efesiensi biaya operasional hingga 30 persen dari semula,†tambahnya.(Otu)