TEMANGGUNG, KRJOGJA.com - Kendati di wilayah pantai utara (pantura) Jawa terjadi musim kering diatas normal namun musim kemarau tahun 2020 tidak seekstrim pada 2019.
"Disepanjang pantura kondisinya akan lebih kering dari normal meskipun tidak sekering tahun lalu. Secara umum kemarau masih normal," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Minggu (7/6/2020).
Dia mengatakan kemarau diatas normal yang dimaksud adalah adanya curah hujan dalam 10 hari kurang dari 50 milimeter, bahkan bisa sampai 0. Maka itu, BMKG mengingatkan masyarakat di wilayah tersebut untuk lebih waspada karena bisa terjadi kekeringan.
"Kalau kekeringan bisa kekurangan air, kesulitan irigasi yang nantinya bisa berpengaruh pada tanaman pertanian. Secara umum gambarannya hujan itu berkurang tapi tidak kering. Artinya, kalau ada mata air tidak kering masih muncul airnya," katanya.
Dia mengatakan pada Juni 2020 sebagian sudah masuk musim kemarau dengan perkiraan kemarau adalah pada Agustus 2020, sementara musim hujan diperkirakan mulai muncul secara bervariasi mulai Oktober hingga Desember 2020.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso mengatakan di wilayahnya sebagian besar normal. Wilayah yang mengalami kekeringan atau lebih kering dari normal, antara lain Tegal, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Grobongan, dan Blora.
"Wilayah ini di peta prasifat ditandai dengan warna cokelat kering," kata dia.
Dia mengemukakan daerah nantinya juga akan mengalami keadaan lebih kering dari normal, yakni Sragen, Jepara, Temanggung, Purbalingga, Wonogiri, Banjarnegara, dan Cilacap.
Pada petani, dikatakannya, untuk mencermati prakiraan cuaca dan iklim sehingga dapat menentukan masa tanam dan jenis tanaman yang ditanam.
Dia juga menyampaikan di pesisir utara untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi dan limpasan air laut ke daratan atau rob. "Rob kemungkinan masih akan terjadi di perairan utara jawa," kata dia.
Dia mengatakan kejadian itu akibat fase bulan purnama atau disebut juga full moon/spring tide. Selain itu terdapat faktor meteorologis berupa potensi gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai 2,5 meter hingga empat meter di Laut Jawa yang dibangkitkan oleh embusan angin kuat dan persisten mencapai kecepatan hingga 25 knot atau 46 kilometer per jam. (Osy)