MAGELANG, KRJOGJA.com - Untuk pemenuhan alat pelindung diri (APD) dan cegah-tangkal penyebaran Covid-19, keberadaan masker sangat dibutuhkan di LP Kelas IIA Magelang yang memiliki jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), baik tahanan maupun narapidana (napi), saat ini mencapai ratusan orang. Masker sendiri merupakan salah satu alat pelindung diri (APD), khususnya pada saat pandemi wabah Virus Corona atau Covid-19 seperti sekarang ini.
Kepala LP Kelas IIA Magelang Bambang Irawan BcIP SH MH kepada KRJogja.com, Minggu (26/4/2020), mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan masker bagi seluruh tahanan dan narapidana tersebut, LP Kelas IIA Magelang memproduksi sendiri masker tersebut. Didampingi Kasubsi Bimbingan Kerja LP Kelas IIA Magelang Aonur Rofiq dan Cahyo Sunarko dari Kasi Registrasi, Bambang Irawan menambahkan cukup besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan masker dengan cara membeli ke tempat lain.
"Dengan memproduksi sendiri, yang dilakukan beberapa orang WBP tersebut, kebutuhan biaya dapat lebih diminimalisir. Selain untuk pemenuhan kebutuhan internal, masker produk WBP LP Kelas IIA Magelang ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan sosial, dibagi-bagikan ke beberapa lokasi di wilayah Kota Magelang yang membutuhkan," terangnya.
Aonur Rofiq mengatakan ada 4 WBP yang Minggu kemarin berkecimpung dalam produksi masker ini, dua diantaranya bertugas membantu. Dalam sehari rata-rata mampu memproduksi 40-50 masker yang bagian dalamnya dilengkapi dengan lembaran spon. "Bila dilembur, kemungkinan bisa lebih banyak lagi produks yang dihasilkan. Bahan yang dipergunakan ada yang merupakan sumbangan pegawai dan ada juga dari kantor," ujarnya.
Minggu kemarin diproduksi masker dengan bahan kain motif batik yang di tengahnya ada lembaran spon, dan ada juga dari bahan kain kaos. Untuk tali pengikatnya ada yang menggunakan tali elastis yang dipola silang atau tidak dan ada juga tali kain.
Dari 4 WBP yang ikut membuat masker ini, ada WBP yang justru baru bisa menjahir ketika ia berada berada di LP Kelas IIA Magelang. Sengaja ia memilih untuk mengikuti pelatihan menjahit, karena kemampuan menjahir memang belum dimiliki. Kemampuannya menjahit ini diharapkan akan menjadi salah satu bekal ketrampilan ketika nantinya ia sudah habis menjalani masa pidananya atau bebas. (Tha)