SUKOHARJO, KRJOGJA.com - Pedagang bunga tabur menyeluh sepi pembeli pada momen nyadran. Para pedagang biasanya mengandalkan menjelang puasa Ramadan bisa memetik untung besar namun hal itu tidak terjadi. Akibat sepinya pembeli membuat harga bunga tabur anjlok dan pedagang menderita kerugian. Kondisi tersebut juga berimbas pada sepinya peziarah di tempat pemakaman umum. Penyebabnya karena penyebaran virus corona.
Pedagang bunga tabur di Pasar Kartasura Nining, Kamis (23/4/2020) mengatakan, pembeli bunga tabur pada momen nyadran tahun ini sangat sedikit. Bahkan satu hari menjelang puasa ramadan jumlah pembeli tidak mengalami penambahan signifikan. Kondisi tersebut membuat pedagang bunga tabur mengeluh. Sebab biasanya pada momen seperti sekarang selalu mendapatkan keuntungan besar namun sekarang justru merugi.
Nining mengatakan, penyebaran virus corona sangat terasa dampaknya bagi pedagang bunga tabur. Sebab sepinya pembeli disebabkan karena ketakutan masyarakat. Selain itu adanya larangan kerumunan massa sehingga para peziarah di tempat pemakaman umum juga ikut sepi.
“Pembeli sangat sepi. Baru ada satu pembeli itupun menunggu dua hari,†ujarnya.
Sepinya pembeli berdampak pada anjloknya harga bunga tabur pada momen nyadran. Apabila menjelang puasa Ramadan tahun lalu satu wadah berukuran kecil bisa laku Rp 15 ribu maka sekarang hanya Rp 5 ribu saja. Sedangkan wadah besar Rp 30 ribu sekarang hanya Rp 10 ribu.
Ajloknya harga membuat pedagang tidak berani mengambil stok bunga tabur dalam jumlah banyak dari petani. Sebab bunga tabur apabila tidak laku akan kering dan rusak sehingga tidak bisa dijual lagi.
Pedagang bunga tabur di Pasar Ir Soekarno, Sukoharjo Sulayem mengatakan, sangat prihatin dengan kondisi sekarang karena sepi pembeli. Tradisi nyadran yang setiap tahun selalu ramai sekarang sangat sepi akibat penyebaran virus corona.
“Saya hanya stok bunga tabur sedikit paling satu karung saja. Biasanya sampai sepuluh karung habis. Ini saja satu karung sudah seminggu belum habis,†ujarnya.
Nining menambahkan, sepinya pembeli juga disebabkan tidak adanya pemudik yang berziarah ke tempat pemakaman umum. Sebab pemudik wajib menjalani karantina mandiri di rumah sesuai aturan pencegahan penyebaran virus corona.
“Ada yang beli itupun sangat sedikit paling satu wadah saja. Saat itu itupun masih ditawar padahal pedagang susah kondisi sepi begitu,†lanjutnya. (Mam)