MAGELANG, KRJOGJA.com - Mengelola situs cagar budaya di abad ke-21 menghadapi banyak tantangan karena harus mengupayakan keselarasan antara upaya konservasi dan pembangunan.
Selain polusi, perubahan iklim,dan bencana alam, pariwisata yang tidak terkendali dan pembangunan perkotaan juga menjadi ancaman utama bagi situs cagar budaya.
Meskipun begitu, sinergi positif antara konservasi dan pariwisata sangat mungkin dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat setempat.
Mulai Juli 2022, UNESCO Jakarta meluncurkan serangkaian kegiatan pelatihan sebagai bagian dari Sustainable Training Program yg dilaksanakan dibawah dukungan the Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Kegiatan ini akan dilaksanakan bekerjasama dengan bersama Balai Konservasi Borobudur serta mitra terkait lainnya untuk melatih 50 pemilik homestay dan 30 pemandu muda dari Borobudur, Prambanan dan Yogyakarta tentang pariwisata berkelanjutan, meliputi promosi wisata lokal dan praktik ramah lingkungan.
Pelatihan ini adalah bagian dari upaya mempromosikan desa wisata sekaligus mengurangi jejak manusia di situs Warisan Dunia abad ke-9 yang kondisinya semakin rentan.
Mengikuti rekomendasi dari World Heritage Committee, pihak berwenang Indonesia membuat keputusan penting untuk mengurangi jumlah pengunjung harian yang naik ke Candi Borobudur, untuk menghindari penurunan batu candi.
Sebagai alternatif, pengunjung didorong untuk bertandang ke desa-desa yang jarang dikunjungi yang punya keterkaitan sejarah erat dengan dengan keberadaan candi.
“Silakan temukan potensi budaya dari desa-desa sekitar Borobudur,†ujar Mohamed Djelid, Direktur UNESCO Jakarta dalam siaran persnya, Sabtu (25/6/2022).
Ia juga mengusulkan adanya tur khusus bagi media untuk mengunjungi Borobudur dan desa-desa yang terhubung dengannya, untuk menyaksikan upaya pemerintah termasuk Balai Konservasi Borobudur bersama LSM lokal dan UNESCO dalam melindungi Candi Borobudur sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar.
Informasi tanggal tur selanjutnya akan segera diumumkan oleh UNESCO Jakarta. (*)