YOGYA, KRJOGJA.com - Transaksi bisnis karya seni dalam praktik pasar global tak bisa mengelak dari keniscayaan mengeksplorasi dan mengakses NFT (non-fungible token) dalam bisnis seni. NFT saat ini semakin popular karena lazim digunakan dalam kegiatan lelang seni kontemporer maupun pameran online yang marak belakangan ini.
Demikian dikatakan Kaprodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (FKIP UST) Dr Moh Rusnoto Susanto SPd MSn dalam acara 2nd International Symposium bertajuk 'Crypto Art: A New Way in The Art World Today' yang digelar secara hibrid, Sabtu (18/12/2021). Simposium ini diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Seni Rupa UST. Hadir dalam acara Dekan FKIP UST Dr Siti Mariah MPd dan Wakil Rektor I UST Dr Imam Ghozali MSc yang menyampaikan sambutan secara virtual.
Menurut Rusnoto, NFT dipahami sebagai sebuah keniscayaan sistem transaksi digital seiring dengan kemajuan teknologi mutakhir, khususnya dalam dunia bisnis karya seni. Sebuah sistem yang berorientasi pada sistem token digital melalui blockchain dan cryptocurrency, memiliki kesamaan fungsi dengan kripto, namun NFT tidak bisa ditukarkan ke dalam nilai mata uang resmi, namun masih bisa diperjualbelikan.
NFT yang memosisikan autentisitasnya melalui sertifikasi digital dalam jaringan blockchain untuk meminimalisir praktik duplikasi dan replikasi yang sering ditemui pada praktik seni dari jaman ke jaman. Dengan NFT, para Artis bisa semakin mematenkan keunikan dan kelangkaan dari karya yang dimiliki. "Cukup banyak seniman dari Indonesia yang sudah berhasil dengan gemilang menjual karya-karya seninya melalui NFT, seperti si Juki, Jakarta Metaverse, Banyan Core, dan Digidoy," kata Rusnoto.
Simposium menghadirkan praktisi seni Dr Arif Datoem MSc (Fotografer Profesional & Dosen Universiti Kelantan Malaysia) yang membahas Augmented Human and the Fate of Crypto Art. Selain itu kurator Prof Madya Hasnul Jamal Saidon MFA (Direktur Museum & Galeri Tuanku Fauziah, MgTF-USM Malaysia) menajamkan perihal Examining 'Cypto Art' from Comparative Paradigm.
Sudjud Dartanto SSn MHum (Kurator Galeri Nasional Indonesia & Dosen Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta) mengeksplorasi materi tentang Art in the Age of Metaverse: Opportunities and Challenges, dan pelaku bisnis seni rupa Ali Kusno Fusin MBA (Direktur L Projek Singapore) memaparkan tentang Market & Strategy in Cypto Art. (Dev)