BANTUL, KRJOGJA.com - Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Rabu (21/2/2018) memberikan anugerah gelar Honoris Causa pada seniman Putu Wijaya. Jasa dan karya yang dinilai luar biasa bagi pengembangan ilmu dan seni khususnya teater menjadi alasan penganugerahan gelar pada seniman 74 tahun tersebut.
Prof Yudi Aryani Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI yang juga menjadi promotor mengatakan pemberian gelar Doktor Honoris Causa pada Putu Wijaya sebenarnya telah melewati tahapan panjang sejak 2016 lalu. Bahkan, seleksi ketat dari tingkat fakultas, institut hingga kementrian pun dilalui sebelum akhirnya bakal disampaikan di hadapan sidang terbuka senat ISI Yogyakarta hari ini.
“Penganugerahan Doktor Honoris Causa adalah suatu capaian pengakuan tertinggi di ranah akademik berdasarkan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam hal ini adalah proses panjang berkesenian. Kami menilai sosok I Gusti Ngurah Putu Wijaya sangat layak mendapatkan gelar tersebut,†ungkapnya.
Selain penganugerahan Doktor Honoris Causa, ISI Yogyakarta juga melaksanakan pentas karya Putu Wijaya di Gedung Teater Arena FSP ISI Yogyakarta yakni drama OH karya Putu Wijaya oleh Teater Mandiri dengan sutradara Putu Wijaya Rabu (21/2/2018) malam. Sementara Kamis (22/2/2018) diselenggarakan seminar nasional bertema Rupa dan Tubuh Teater Kotemporer Indonesia dengan narasumber Dr. (H.C) Putu Wijaya, Prof Dr. R.I. Bambang Sugiharto (UNPAR Bandung) dan Cok Sawitri (Bali) bertempat di Gedung Concert Hall ISI Yogyakarta.
Sosok Putu Wijaya sendiri dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada 11 April 1944. Sejak m masa remaja Putu sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra yang kemudian mengantarkannya ke dunia seni.
Setelah selesai sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya. Di Yogyakarta, selain kuliah dan lulus di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI), dan meningkatkan kegiatannya bersastra.
Dari Fakultas Hukum, UGM, ia meraih gelar Sarjana Hukum (1969). Sementara dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman di mana karyanya terus berkembang hingga saat ini. (Fxh)