SOLO, KRJOGJA.com - Pendidikan vokasi di Indonesia masih sangat ketinggalan. Salah satunya disebabkan keterlibatan industri sangat minim. Padahal di negara-negara maju pendidikan vokasi didirikan industri. Hal tersebut diungkapkan Dirjen Kelembagaan Kementerian Ristekdikti, Patdono Suwignjo MEng Sc.
Menurut Patdono, di negara yang ekonomi dan industrinya maju jumlah pendidikan vokasi minimal sama banyak dengan perguruan tinggi akademik. Sedang di sini jumlah perguruan tinggi vokasi hanya 6 persen, sementara yang 94 persen perguruan tinggi akademik.
"Tapi sekarang kesadaran industri mulai tampak dengan dibukanya Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Solo," kata Patdono pada wisuda angkatan pertama sekaligus peresmian Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Senin (20/11/2017).
Peresmian Akademi Komunitas Industri TPT Solo dilakukan Sekretaris Jendral Kementerian Perindustrian Haris Munandar. Ini sebagai bukti Kementerian Perindustrian dan kalangan industri mulai intens menangani pendidikan vokasi.
Akademi Industri TPT di Solo didorong Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Ke depan pendidikan vokasi harus melibatkan industri. "Bagi yang mengajukan izin baru sudah harus melibatkan industri," kata Patdono.
Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan Akademi Komunitas Industri TPT Solo merupakan pilot projeck pengembangan pendidikan vokasi yang mengadopsi konsep pendidikan dual system dari Jerman, yaitu pendidikan yang berorientasi pada penguasaan kemampuan kerja dengan mengintegrasikan pendidikan di kampus dan di industri sehingga lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja di dunia industri.
"Akademi Komunitas Industri TPT Solo sebagai pelopor pendidikan vokasi dengan konsep dual system. Ini menjadi rujukan tentang bagaimana membangun kolaborasi yang baik antara lembaga pendidikan dengan industri," tambahnya. (Qom)