Tak Terkontrol Gunakan Pestisida, Alam Bakal Rusak

Photo Author
- Jumat, 3 November 2017 | 04:10 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com – Petani sering tidak terkontrol dalam menggunakan pestisida, untuk mengontrol hama yang menurunkan produksi pangan. Akibatnya, justru ekologi yang rusak. Namun penggunaan teknologi dalam bidang pertanian juga turut membantu mengontrol penggunaan pestisida yang menimbulkan efek negatif seperti kerusakan ekologi. Meski di awal, perlu dana yang cukup besar.

Pakar pengelolaan hama terpadu Harper Adams University UK Prof Keith Walters ketika menyampaikan kuliah Umum Agroteknologi bertajuk 'Food Sovereignty trough Sustainable Agriculture'. Kuliah umum dilaksanakan jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UMY, Kamis (2/11/2017), di Gedung Pascasarjana Lt.5 Kampus Terpadu UMY.

“Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah mengkombinasikan antara penggunaan pestisida yang terkontrol dengan pemangsa sebagi pengontrol alami dari hama,” ujar Walters. Menurutnya, cara ini cukup efektif untuk diterapkan di Eropa. Dan dalam pandangan Guru Besar Harper Adams University,  cara ini akan lebih efektif bila diterapkan di Indonesia dibandingkan dengan di Eropa. Karena karakteristik pertanian di Indonesia memiliki luasan lahan yang lebih kecil, Keith Walters juga mengatakan bahwa penggunaan teknologi dalam bidang pertanian juga turut membantu mengontrol penggunaan pestisida yang menimbulkan efek negatif seperti kerusakan ekologi.

“Penggunaan teknologi juga dapat mengontrol penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan dan ekologi. Tapi diawal penggunaannya juga memerlukan dana yang tidak murah,” tambahnya.

Sebagai peneliti, Walters sudah mencoba sebuah cara dalam rangka meyakinkan masyarakat untuk menggunakan apa yang disebut dengan IPM System. “Saya mencoba untuk mengajak petani lokal untuk ikut bersama-sama melakukan penelitian tentang permasalahan penggunaan pestisida ini. Dengan harapan mereka memahami dengan sungguh-sungguh apa yang sebenarnya terjadi. Dan di Eropa cara tersebut mendapatkan hasil yang cukup baik, namun memerlukan proses yang cukup panjang, dan mungkin itu bisa diterapkan di Indonesia,” jelasnya lagi.

Senada dengan itu Dekan Fakultas Pertaninan UMY Indira Prabasari, Ph.D mengatakan masalah ketahanan pangan merupakan hal yang cukup penting di berbagai negara. Dan UMY sebagai salah satu bagian dari institusi perguruan tinggi juga turut melaksanakan sebuah program yang disebut sebagai Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah perbatasan. “Salah satu bentuk tindakan nyata yang telah kami laksanakan adalah pembangunan green house dengan menggunakan pendanaan yang cukup murah namun juga efektif dan efisien,” tambah Indira.(Fsy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X