JAKARTA.KRJOGJA.com - Sekolah Tinggi llmu Pelayaran (STIP) Jakarta mulai mengembangkan untuk menampung para lulusan pelaut yang memilik pengalaman di atas kapal agar kembali masuk di jenjang pendidikan akademik di strata S2 atau S3. Mereka nantinya dapat mengaplikasikan ilmunya di sektor kemaritiman lainnya agar keinginan pemerintah menjadikan Indonesia poros maritim dunia bisa terwujud.
"Para pelaut yang sudah bekerja di kapal selama 10 atau 20 tahun, jika tidak mau bekerja lagi sebagai pelaut harus diberikan ilmu tambahan. Nantinya mereka dapat mengisi jabatan-jabatan yang berkaitan dengan kemaritiman di dalam negeri guna mendukung poros maritim yang digagas Presiden Joko Widodo,†kata Ketua STIP, Capt. Sahattua Simatupang.
Sahattua mengungkapkan, dari sekitar 850 ribu pelaut Indonesia, baik yang bekerja di kapal asing maupun dalam negeri, sebesar 40% yang menghabiskan umurnya di atas kapal alias sampai pensiun. Sementara, sisanya yang 60% lagi mereka tidak mau melanjutkan menjadi pelaut dan memilih bekerja di darat dengan beragam profesi.
Sahattua memastikan, jumlah yang 60% tersebut memiliki kualifikasi dan etos kerja yang tinggi dengan berbagai sertifikat kompetensi bertaraf global. Mereka selama ini sudah ditempa di atas kapal dengan berbagai ilmu pengetahuan di lapangan. “Berangkat dari fakta ini, STlP Jakarta akan mengembangkan dan menampung para lulusan pelaut yang memilik pengalaman di atas kapal agar kembali masuk di jenjang pendidikan,†jelasnya.
Menurut Sahattua, saat ini STIP melaksanakan tingkat diploma untuk ilmu terapan rumpun pelayaran. Nantinya dari diploma ini bisa melanjutkan ke S2 dan S3 untuk rumpun pelayaran terapan.
Gagasan rumpun pelayaran bersifat akademik seperti S1, S2, dan S3, akan disamakan seperti apa yang sudah dimiliki oleh Universitas Maritim di Korea dan Jepang. “Ini yang akan kita kembangkan di STIP ke depan. Kalau rancangannya disetujui, paling tidak dua tahun ke depan sudah terealisasi,â€Â kata Sahattua.
Gagasan ini menurut Sahattua sebenarnya sudah lama dirancang, tepatnya sejak tahun 2009. Ada strategi yang dirancang, yakni menyiapkan sumberdaya pengajarnya. “Jika tidak ada di Indonesia, akan diturunkan dari luar negeri,†ujarnya.
Kemudian strategi lainnya, pelaksanaan pendidikan bisa saja dikerjasamakan dengan universitas yang sudah melaksanakan program studi linier rumpun ilmu pelayaran. Untuk hal ini STIP sudah melaksanakan penjajakan ke Korea dan berharap juga bisa melakukan penjajakan ke Jepang.