SLEMAN (KRjogja.com) - Tahun 2050 masyarakat dunia terutama di benua Asia diprediksi mengalami bencana resistensi (kebal) bakteri akibat penggunaan obat antibiotik. Inilah yang kemudian membawa keprihatinan dokter-dokter di Fakultas Kedokteran UGM hingga akhirnya menyelenggarakan Annual Scientific Meeting (ASM) dengan tema tersebut 4 Maret 2017 mendatang.
Prof Elisabeth Siti Herini, Ketua Umum ASM 2017 kepada wartawan Jumat (3/2/2017) mengatakan seminar dengan tema Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba menjadi salah satu agenda penting untuk dibicarakan di Indonesia. Menurut dia, saat ini saja masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan obat antibiotik tanpa adanya resep dokter yang disesuaikan kondisi pasien.
"Topik ini dipilih karena saat ini penggunaan antibiotika begitu 'memasyarakat', sangat mudah sekali orang beli. Padahal seharusnya obat antibiotik menggunakan resep dokter dan harus terukur pemberiannya," ungkapnya.
Elisabeth mengungkap, dalam seminar tersebut akan hadir stakeholder seperti perwakilan WHO, Menteri Kesehatan juga pengusaha farmasi dan masyarakat untuk nantinya merumuskan langkah strategis mencegah disaster resistensi bakteri terjadi di tahun 2050. "Tujuan kami ada runtutan solusi dan nantinya menjadi aturan penggunaan antibiotik agar bencana 2050 di mana prediksi 4,7 juta orang di Asia meninggal setiap tahun karena adanya resistensi antimikroba tidak terjadi," imbuhnya.
dr Egi Arguni SpA PhD seksi acara ASM 2017 menambahkan resistensi antibiotik ini sangat penting diperhatikan baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan yang selama ini berada di ranah bawah. "Karena itu tampaknya seminar ini sangat penting dan kami berharap masyarakat bisa memberikan perhatian bisa datang ke FK UGM langsung atau mengikuti via online, tanggal 4 Maret 2017," ungkapnya. (Fxh)