Tim EDP UGM 'Berburu' Nyamuk DBD

Photo Author
- Selasa, 24 Januari 2017 | 20:06 WIB

YOGYA (KRjogja.com) - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi endemik di Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta merilis data bahwa pada tahun 2016 lalu terdapat 1.706 kasus DBD dengan 13 kematian, sementara hingga minggu ketiga di awal tahun 2017 jumlah kasus telah mencapai angka 53. Kondisi ini mendorong tim Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya untuk terus mengembangkan inovasi metode pengendalian Demam Berdarah melalui penyebaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.

"Tahun lalu kami telah melakukan penelitian di 6 kelurahan di Kota Yogyakarta, dan pada tahun 2017 ini kita akan memperluas kegiatan penerapan Aedes aegypti ber-Wolbachia di 24 klaster yang tersebar di wilayah Yogyakarta," ujar Peneliti Utama EDP Yogya, Prof. Adi Utarini, Selasa (24/1).

Prof Adi Utarini menjelaskan EDP Yogya sendiri merupakan kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM dan didanai oleh Yayasan Tahija yang mengembangkan metode alami untuk mengurangi kasus DBD dengan menggunakan bakteri Wolbachia. Menurut penelitian yang telah dilakukan, bakteri ini terbukti mampu menghambat perkembangan virus DBD di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.

Dalam tahap penelitian kali ini, kata Prof Adi tim EDP Yogya akan menyebarkan 8.000 ember yang masing-masing berisi 100-120 telur nyamuk ber-Wolbachia. Untuk memperoleh bukti ilmiah yang kuat, EDP Yogya memerlukan dua wilayah, yaitu wilayah yang akan mendapatkan penitipan telur ber-Wolbachia atau wilayah intervensi serta wilayah pembanding.

"Kami akan membagi keseluruhan wilayah tersebut menjadi 24 klaster berdasarkan batas-batas fisik seperti jalan raya, sungai, atau lahan kosong, bukan berdasarkan batasan administratif. Selanjutnya hanya separuh kluster yang akan terpilih secara acak menjadi wilayah penitipan telur anti DBD ini," jelasnya.

Pemilihan kluster yang akan menjadi wilayah intervensi serta wilayah pembanding akan dilakukan secara acak melalui proses pengacakan yang dilakukan secara terbuka di hadapan perwakilan dari berbagai kelurahan yang dilibatkan di Balai Kota Yogyakarta pada Rabu (25/1). Adi berharap keterlibatan warga dalam penentuan wilayah ini dapat mendorong warga untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengendalian DBD. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X