YOGYA (KRjogja.com) - Indonesia masih menghadapi banyak tantangan untuk mewujudkan kemandirian energi di era persaingan bebas ini. Di sektor minyak, produksi nasional baru mampu menghasilkan 900.000 barel perhari. Padahal, konsumsinya sudah mencapai 1,6 juta barel perhari, sehingga terpaksa impor.
Menurut Ketua Jurusan Teknik Perminyakan UPN 'Veteran' Yogyakarta Dr Ir Herianto MT, belum mampunya pemerintah dalam mencukupi kebutuhan minyak nasional, salah satunya disebabkan konsumsi bahan bakar yang terus naik seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Selain itu, perusahaan dalam negeri belum mau mengambil risiko melakukan eksplorasi minyak bumi secara mandiri, karena membutuhkan dana besar dan hasilnya belum tentu pasti. Alhasil, usaha pengeboran minyak sering diambil alih pihak asing.
"Pemerintah perlu membuat kebijakan berupa dukungan finansial (bunga ringan) bagi perusahaan minyak dalam negeri agar bisa melakukan pengeboran minyak secara mandiri," terang Herianto kepada KRjogja.com disela acara Latihan Dasar Kepemimpian (LDK), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknik Perminyakan UPN Veteran di kampus tersebut, Minggu (4/9/2016).
Tantangan lain, menurut Herianto, adalah masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. Agar mampu memenangi persaingan, generasi muda Indonesia harus meningkatkan kualitas dan kompetensinya, disamping kebijakan pemerintah untuk memproteksi diri.
"Upaya yang bisa dilakukan dengan memasukkan sertifikasi dan kemampuan berbahasa Indonesia sebagai syarat bagi tenaga kerja asing bila ingin bekerja di Indonesia," katanya. Pihaknya juga menekankan pentingnya latihan dasar kepemimpinan untuk mencetak generasi muda yang unggul sebagai calon pemimpin masa depan.
Ketua HMJ Teknik Perminyakan UPN Veteran Riyanza Putra mengatakan, dalam LDK para peserta akan dibekali materi-materi tentang kepemimpinan. Selain itu dilakukan simulasi kader pada sebuah oil company, dengan maksud agar para mahasiswa mengenal struktur organisasi perusahaan migas. "Para peserta akan dilatih bagaimana menjadi seorang pemimpin yang mampu mengelola/menggerakkan roda organisasi," ujarnya. (Dev)