Etika Bisnis di Era Industri 5.0: Perspektif Bisnis di Yogyakarta

Photo Author
- Jumat, 28 Juni 2024 | 05:54 WIB
Muhamad Arif Yulianto, S.M.
Muhamad Arif Yulianto, S.M.


KRjogja.com - YOGYA - Sebuah bisnis supaya dapat terus bertahan tentu diperlukan adanya adaptasi mengenai perilaku organisasi di dalamnya. Di era sekarang ini, setiap bisnis perlu menerapkan aturan-aturan yang mengikat semua lapisan pihak yang terlibat guna tetap berada pada jalurnya. Salah satu faktor yang membuat bisnis lebih baik baik dari internal maupun eksternalnya adalah dengan berpaku terhadap business ethics sebagai standar perilaku semua pihak didalamnya.

Membangun budaya etis penting untuk keberlanjutan usaha, pertumbuhan, reputasi dan keuangan suatu perusahaan. Mengingat saat ini kita sudah menuju pada revolusi industri 5.0 yang mana kehadiran media sosial dinilai semakin penting, pelanggan yang merasa puas dengan cepat menyebarkan informasi tentang pengalaman positif mereka, sehingga praktik business ethics menjadi keharusan yang diterapkan oleh setiap perusahaan. Masyarakat telah banyak mengalami perubahan pesat terkait aspek politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan teknologi, sehingga memerlukan ketahanan dan adaptasi perusahaan dalam menangani dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Aktivitas perusahaan yang etis cenderung menciptakan citra positif perusahaan dan hubungan yang solid dengan pemangku kepentingannya.

Perusahaan di berbagai sektor di seluruh dunia diharuskan menerapkan praktik keberlanjutan dalam operasi mereka dan etika dapat membantu memperjelas apa yang “benar” dan “salah”. Prinsip etika menawarkan pedoman praktik bisnis dan membantu perusahaan membuat keputusan moral. Oleh karena itu, tujuan utama etika bisnis adalah untuk memastikan bahwa keputusan manajer memiliki dimensi etis dan dapat mempertimbangkan implikasi etis dari keputusan strategisnya sebelum bertindak. Etika bisnis dapat dianggap sebagai aset tak berwujud yang berharga, karena merupakan sumber otoritas moral dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Selain itu, praktik perusahaan yang etis menciptakan kepercayaan di antara para pemangku kepentingan yang berbeda, termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, dan komunitas di mana perusahaan berada.

Baca Juga: Pindah ke Madinah, Jemaah Haji Diimbau Utamakan Ziarah Raudah

Membangun dan memelihara hubungan yang efektif dengan para pemangku kepentingan dapat menumbuhkan integritas, saling menghormati dan percaya. Oleh karena itu perusahaan harus memberikan pelatihan etika kepada karyawannya dan meningkatkan struktur etika sehingga dapat menanamkan praktik etika dan disiplin diri di antara karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.

Perusahaan dituntut untuk bertanggung jawab agar tetap dapat sustain dalam menghadapi pesaingnya, oleh karena itu, mereka harus dapat memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, etika bisnis yang buruk dapat mengakibatkan litigasi, hilangnya pelanggan, dan hilangnya mitra bisnis, yang akan memengaruhi profitabilitas dan reputasi perusahaan. Banyak diamati pada beberapa perusahaan di mana mereka hanya memiliki profit oriented, kebanyakan hanya akan menghindari kepatuhan terhadap undang-undang ketenagakerjaan atau dengan menggunakan bahan baku berkualitas rendah, yang memungkinkan Perusahaan mendapatkan denda besar dan biaya penanganan hukum. Hal ini tentu mengakibatkan konsekuensi keuangan yang tinggi, publisitas negatif dan reputasi yang buruk.

Dalam perspektif perfect competition, etika bisnis memainkan peran penting dalam memastikan sebuah bisnis tetap sustain dalam pasar persaingan sempurna. Namun, mengintegrasikan etika bisnis dan keberlanjutan ke dalam model ini menambah kompleksitas dan tanggung jawab. Teras Malioboro Jogja 1 dan 2 adalah contoh nyatanya, sebuah tempat sebagai wadah berkumpulnya para pedagang kaki lima menjual barang dengan tetap berpegang pada praktik etis dan pendekatan berkelanjutan. Struktur pasar seperti ini memiliki barriers to entry yang rendah yang artinya penjual dan pembeli bisa keluar serta masuk kapan saja.

Baca Juga: Tips Menghindari Batuk Pilek Jelang Kepulangan Haji: Waspadai Gejala dan Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Walaupun mayoritas menjajakan barang yang mayoritas sama, akan tetapi mereka berkompetisi secara adil dan sehat baik dalam persaingan harga satu sama lain hingga setiap upaya mereka yang senantiasa menghormati budaya dan tradisi. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa para pedagang di Teras Malioboro 1 dan 2 berhasil menyeimbangkan tekanan persaingan perfect competition dengan praktik yang etis dan berkelanjutan guna menciptakan lingkungan pasar yang etis dan bertanggung jawab yang pada akhirnya membuat usaha mereka semakin sustain. (Muhamad Arif Yulianto, S.M., MBA UGM Yogyakarta Researchers)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X