Mengulik Rahasia di Balik Proses Rekrutmen pada Organisasi

Photo Author
- Minggu, 29 Desember 2024 | 15:03 WIB
Triningsih Rahmawati.
Triningsih Rahmawati.


KRjogja.com - REKRUTMEN bukanlah hal asing bagi sebagian besar masyarakat. Salah satu tahap penting pada manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalam pencarian pegawai/tenaga kerja pada suatu organisasi ini sangat familiar di kalangan para pencari kerja. Fondasi penting dalam membentuk tim kerja yang sukses ini bertujuan untuk menarik sebanyak-banyaknya calon tenaga kerja sesuai dengan formasi yang tersedia atau kebutuhan organisasi.

Hal ini tidak dapat lepas dari kegiatan perencanaan pegawai dalam melakukan MSDM. Dalam modul Ajib, disebutkan bahwa suatu organisasi, baik negeri maupun swasta memerlukan tenaga kerja sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa ahli mendefinisikan rekrutmen dalam beberapa pengertian yang pada intinya serupa. Ruky (2003:144) mengartikan rekrutmen sebagai proses mencari dan menarik pelamar yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan tertentu, sedangkan menurut Gomes (1995: 105), rekrutmen adalah suatu proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Nawawi (2005: 169) mendefinisikan rekrutmen sebagai suatu proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang berkualitas untuk jabatan/pekerjaan utama (produk lini dan penunjangnya) di lingkungan suatu organisasi.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel, Tidak Ada WNI Jadi Korban

Proses rekrutmen melibatkan berbagai tahapan, mulai dari penyusunan deskripsi pekerjaan, pemasaran lowongan kerja, penyaringan pelamar, hingga seleksi akhir. Dalam konteks yang lebih luas, rekrutmen tidak hanya berfokus pada pencarian kandidat, tetapi juga pada penciptaan citra positif organisasi serta memastikan adanya kesesuaian antara kebutuhan organisasi dan kompetensi calon tenaga kerja.

Rekrutmen yang efektif dapat memberikan banyak keuntungan bagi organisasi, seperti meningkatkan produktivitas, memperkuat budaya organisasi dan mengurangi tingkat turnover tenaga kerja. Sebaliknya, proses rekrutmen yang buruk dapat mengakibatkan hilangnya waktu dan sumber daya, serta memperoleh tenaga kerja yang kurang kompeten atau tidak cocok dengan budaya organisasi tersebut.

Beberapa prinsip utama dalam rekrutmen meliputi kesesuaian dengan kebutuhan organisasi, penggunaan teknologi dan data serta pengalaman kandidat. Salah satu aspek utama dalam rekrutmen adalah menemukan kandidat yang tidak hanya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, tetapi juga dapat beradaptasi dengan nilai-nilai dan budaya organisasi. Kandidat yang sesuai akan lebih mungkin untuk berkembang dan bertahan lama di organisasi tersebut.

Baca Juga: Menag: Jadikan Natal Sebagai Momen Persatuan

Saat ini, banyak organisasi yang memanfaatkan teknologi, seperti sistem pelacakan pelamar/applicant tracking system (ATS) dan algoritma kecerdasan buatan (AI), untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses rekrutmen. Teknologi ini membantu dalam memfilter kandidat yang tidak memenuhi kriteria dan mempercepat tahapan seleksi.

Selain dua hal di atas, proses rekrutmen yang baik juga mempertimbangkan pengalaman kandidat (candidate experience). Pengalaman yang positif akan meningkatkan citra organisasi di mata calon tenaga kerja dan dapat memperbesar peluang organisasi dalam menarik talenta terbaik.
Menurut teori Person-Organization Fit oleh Kristof-Brown, dkk (2005), kesesuaian antara individu dan organisasi sangatlah penting untuk mencapai hasil yang positif. Rekrutmen yang efektif tidak hanya menilai keterampilan teknis kandidat, tetapi juga seberapa sesuai nilai-nilai dan budaya mereka terhadap organisasi. Teori ini menunjukkan bahwa kesesuaian yang tinggi antara individu dan organisasi akan meningkatkan kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja.

Menurut LinkedIn Talent Solutions, 83% perekrut mengatakan bahwa kualitas kandidat yang lebih baik berasal dari penggunaan platform digital dalam proses rekrutmen. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat mempercepat dan memperbaiki kualitas rekrutmen. Selain itu, data dari Glassdoor menunjukkan bahwa sebanyak 72% pencari kerja mengatakan, mereka lebih tertarik melamar pekerjaan di organisasi yang memiliki proses rekrutmen yang transparan dan responsif.

Baca Juga: Totok Daryanto Usulkan Pembentukan Badan Eksplorasi Nasional, Satu Pintu Tambang untuk Kemakmuran Rakyat

Schmidt dan Hunter (1998) menyatakan bahwa seleksi yang tepat berdasarkan penilaian kompetensi dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi turnover tenaga kerja. Mereka juga menyarankan penggunaan alat seleksi yang berbasis pada tes kemampuan dan wawancara terstruktur untuk meningkatkan validitas seleksi.

Proses rekrutmen sudah seharusnya tidak hanya efisien, tetapi juga mampu menarik kandidat terbaik serta mengutamakan kualitas dan kesesuaian terhadap budaya organisasi karena rekrutmen yang baik bukan hanya akan meningkatkan kualitas tenaga kerja, melainkan juga berkontribusi terhadap kesuksesan jangka panjang organisasi tersebut. (Triningsih Rahmawati, Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X