KRjogja.com - YOGYA - Dosen Stikes Notokusumo Yogyakarta meluncurkan website Srikandi Menur untuk menekan risiko komplikasi luka kaki diabetik. Langkah inovatif berbasis edukasi digital ini, mengulas tentang pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI).
Pemeriksaan ABI merupakan pemeriksaan non invasif untuk mendeteksi dini risiko luka kaki pada penderita diabetes melitus. Website merupakan tindak lanjut hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Program Pendanaan Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat Pemula (PMP) Tahun 2025.
Adapun dosen Stikes Notokusumo yang memprakarsai yaitu Cecilya Kustanti, SKep Ns MKes (Ketua), Linda Widyarani, SKep Ns MKep (Anggota 1) dan Apt Dia Purwita Sari, M Biotech (Anggota 2). "ABI menjadi salah satu fokus utama dalam upaya pencegahan komplikasi kaki diabetik yang selama ini menjadi masalah serius di Indonesia," ungkap Linda Widyarani, Senin (15/9/2025).
Linda menyebut, keunggulan website Srikandi Menur adalah menyediakan fitur tanya jawab, konsultasi ringan, forum atau chat agar pengguna bisa bertanya jika mengalami gejala atau konfirmasi apakah pemeriksaan ABI diperlukan. Harapannya, para pengguna website dapat memahami gejala awal dan melakukan pemeriksaan sebelum luka berkembang parah sehingga dapat menghemat biaya kesehatan. "Penanganan dini umumnya lebih murah dibandingkan penanganan luka besar, infeksi berat, rawat inap, dan amputasi, " ucap Linda Widyarani.
Lebih jauh Linda menjelaskan, diabetes melitus bukan hanya soal kadar gula darah. Komplikasi jangka panjang, termasuk gangguan vaskular dan saraf, juga bisa menyebabkan luka kaki (ulcus diabetik), infeksi, dan pada kasus berat bisa amputasi. Di Indonesia, 15% penderita diabetes akan mengalami setidaknya satu ulkus kaki selama hidupnya, dengan angka amputasi yang bisa mencapai 30%.
Di Yogyakarta sendiri, ulkus kaki diabetik telah menjadi salah satu penyebab rawat inap khususnya di rumah sakit rujukan. Adapun faktor risiko, meliputi lamanya menderita diabetes, kontrol glukosa yang kurang baik, gangguan sirkulasi, neuropati (gangguan saraf), dan kurangnya perawatan kaki yang memadai. "Semoga website ini dapat memberikan dampak yang positif sebagai sarana edukasi sekaligus menjadi upaya pencegahan komplikasi kaki diabetik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi atas Hibah Program Pendanaan yang diberikan," pungkas Linda. (Ayu)