Krjogja.com - SLEMAN - Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta berkolaborasi dengan Universiti Putra Malaysia (UPM) menyelenggarakan 7th Wood and Biofiber International Conference (WOBIC) 2025 di Loman Park Hotel, Yogyakarta 7-9 Oktober 2025. Seminar internasional ini mengusung tema besar Advancing Tropical Wood, Fibre, and Sustainable Landscape for Planetary Health sebagai wujud komitmen akademik dan ilmiah menjawab tantangan global terkait pengelolaan sumber daya alam tropis dan keberlanjutan lingkungan.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini menjadi wadah kolaborasi lintas disiplin dan negara, mempertemukan para ahli, peneliti, mahasiswa, serta pembuat kebijakan dari berbagai lembaga di Indonesia dan mancanegara. Tercatat enam negara turut berpartisipasi, yakni Indonesia, Malaysia, Prancis, Filipina, Nigeria dan Tiongkok.
Baca Juga: Ini Harapan DPRD di Usia 269 Tahun Kota Yogya
Sebanyak 66 peneliti mempresentasikan hasil penelitian dalam bentuk presentasi oral, serta 18 poster publikasi yang sebagian besar merupakan karya mahasiswa INSTIPER Yogyakarta. Seminar ini menjadi ruang strategis bagi para akademisi dan praktisi untuk berbagi pengetahuan, praktik terbaik, serta inovasi dalam bidang kayu tropis, biofiber dan lanskap berkelanjutan yang berkontribusi terhadap kesehatan planet (planetary health).
Farina Wilisiani, Ph.D., Chairman & Organizing Committee WOBIC 2025 sekaligus Wakil Rektor Bidang Kerjasama INSTIPER Yogyakarta, menegaskan kegiatan ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara INSTIPER dan UPM. Seminar ini adalah wujud nyata dari kemitraan antara INSTIPER dan UPM untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami bersama-sama mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan ini. Melalui WOBIC, INSTIPER juga berupaya memfasilitasi mahasiswa dan dosen agar dapat mempublikasikan hasil penelitiannya di tingkat internasional," ungkapnya usai pembukaan, Selasa (7/10/2025).
Baca Juga: Satu Kemenangan Satu Harapan, Amorim Ingin Bertahan di MU
Pembukaan seminar dihadiri oleh perwakilan berbagai lembaga penting seperti Fahrizal Fitri, Staf Ahli Menteri Bidang Antar Lembaga Pusat dan Daerah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), memberikan officiating speech. Pidato juga disampaikan oleh Jean-Paul Laclau, Director General, Research and Strategy, CRAD, serta Ms. Fabien Penone, Duta Besar Prancis untuk ASEAN (Kedutaan Besar Prancis di Indonesia).
Acara ini turut menghadirkan sejumlah keynote speaker terkemuka, di antaranya Prof. Ir. Dr. Ahmad Farhan Mohd Sadullah, Vice Chancellor UPM, Rinarso Hadi Prasetyo, Direktur PT Dharma Satya Nusantara Tbk. Sedangkan pada sesi plenary, tampil pembicara utama yakni Sabar Siregar, Head of R&D PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Prof. Dr. Sahrim Hj. Ahmad dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) dan Prof. Dr. Ir. Budiadi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Opening ceremony WOBIC 2025 berlangsung meriah ketika seluruh peserta memainkan otok-otok, permainan tradisional berbahan bambu yang menghasilkan bunyi khas. Aksi tersebut menjadi simbol semangat dan harmoni dalam berkarya, meneliti dan berinovasi untuk keberlanjutan lingkungan.
"Suara otok-otok melambangkan kebersamaan dan semangat kolaborasi kita untuk berkontribusi melalui riset dan inovasi, bagi masyarakat, industri, dan kelestarian bumi," sambung Farina.
WOBIC 2025 menghadirkan tiga parallel session dengan subtema Session A: Biodiversity, Ecosystem Services, and Climate Resilience in Tropical Regions, Session B: Innovations in Tropical Wood and Biofibre for Sustainability and Planetary Health dan Session C: Wood Fibers and Biopolymers for Circular Economy and Planetary Health. Setiap sesi diisi oleh invited speaker yang ahli di bidangnya masing-masing.
Menariknya, WOBIC 2025 menjadi seminar WOBIC pertama yang disertai dengan expo. Empat instansi berpartisipasi dalam pameran ini, yaitu INSTIPER, UPM Malaysia, Balai Perhutanan Sosial Yogyakarta, dan Koperasi Wana Tunggal Lestari Kabupaten Gunung Kidul.
Jajang Agus Sonjaya, penanggung jawab booth INSTIPER, menjelaskan pihaknya banyak menampilkan inovasi berbasis biofiber bambu, mulai dari budidaya, pengawetan, hingga pengolahan menjadi berbagai produk kerajinan dan infrastruktur. Kampus ingin menunjukkan bahwa bambu yang sering dianggap bernilai rendah, jika diolah dengan tepat, dapat menjadi komoditas bernilai tinggi sekaligus berperan penting dalam menjaga ekosistem.
"Vegetasi bambu, misalnya, berfungsi sebagai penahan erosi di sepanjang sungai dan dapat memperbaiki lahan rusak seperti di Desa Bulaksalak, Gunungkidul," ungkapnya.
Sebagai penutup rangkaian acara, peserta WOBIC 2025 mengikuti field trip ke Hutan Pinus Mangunan dan Pantai Sepanjang, Gunung Kidul. Kegiatan ini bertujuan memperlihatkan secara langsung praktik ekowisata berbasis hutan dan lanskap pantai yang berkelanjutan di Yogyakarta. (Fxh)