Beri Sorotan Teologi Tubuh Perempuan, UKDW Kukuhkan Pendeta Prof Asnath Niwa Natar Sebagai Guru Besar Ilmu Teologi

Photo Author
- Selasa, 2 Desember 2025 | 11:30 WIB
Prof Asnath bersama kepala LLDIKTI dan Rektor UKDW (Harminanto)
Prof Asnath bersama kepala LLDIKTI dan Rektor UKDW (Harminanto)

Krjogja.com - YOGYA - Dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Pdt. Prof. Dr. Asnath Niwa Natar, M.Th., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teologi dengan kepakaran Teologi Pastoral dan Teologi Feminis. Pengukuhan berlangsung Selasa (2/12/2025) di Auditorium Koinonia UKDW dengan sangat meriah.

Dengan pengukuhan ini, Prof. Asnath menjadi guru besar aktif ke-7 di lingkungan UKDW. Dalam orasi ilmiah berjudul Merebut Kembali Tubuh Politik, Otoritas, dan Teologi Tubuh Perempuan, Prof. Asnath menegaskan bahwa tubuh perempuan sejak lama menjadi ruang yang paling rentan dalam masyarakat patriarkal.

Baca Juga: Rumah Produksi UMKM Keripik Sagu Terbakar

Ia menjelaskan bahwa perubahan sistem kekerabatan dari matrilineal ke keluarga monogami patriarkal telah menempatkan laki-laki sebagai pusat otoritas dalam keluarga dan warisan. Kondisi ini, menurutnya, tidak hanya mengubah struktur sosial, tetapi juga membentuk pandangan budaya bahwa tubuh perempuan dapat diatur, dikendalikan dan dimiliki.

Prof. Asnath mengungkapkan legitimasi budaya dan adat sering menyamarkan berbagai bentuk kekerasan berbasis gender. Praktik seperti kawin paksa, kawin tangkap, kekerasan dalam rumah tangga, hingga femisida kerap dipandang sebagai tradisi yang perlu dijaga.

Sementara itu, perempuan dituntut untuk tetap sabar dan patuh, sedangkan kekerasan yang dilakukan laki-laki dinormalisasi sebagai tanda kejantanan atau bentuk pendidikan.

Baca Juga: Stockbit Jadi Aplikasi Saham Paling Populer, Investor: Aman dan Bisa Diandalkan

Ia juga menyoroti peran sebagian institusi keagamaan yang lebih mengedepankan keberlangsungan pernikahan daripada keselamatan tubuh perempuan.

"Situasi tersebut membuat perempuan kehilangan otoritas dasar atas tubuh dan kehidupannya. Ketika perempuan tidak memiliki kuasa atas tubuhnya, ia kehilangan esensi kemanusiaannya," tegas Prof Asnath.

Dalam paparannya, Prof. Asnath mengangkat wacana politik tubuh sebagai pendekatan untuk memahami bagaimana tubuh perempuan dikonstruksi dan dipolitisasi. Keputusan perempuan atas tubuhnya, menurutnya, bukan semata persoalan pribadi, tetapi juga isu politis yang berkaitan dengan struktur sosial yang lebih luas.

Karena itu, perempuan perlu merebut kembali otoritas tubuhnya untuk memulihkan martabat, keberdayaan, dan eksistensi diri sebagai manusia yang utuh. Selain perspektif sosial dan politik, Prof. Asnath menekankan pentingnya pendekatan teologis.

Melalui teologi tubuh, ia menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan setara menurut gambar dan rupa Allah, sehingga tubuh perempuan memiliki nilai spiritual yang setara dan tidak dapat direduksi menjadi objek kepemilikan atau kontrol. Pengalaman tubuh perempuan seperti menstruasi, kehamilan, melahirkan, dan menyusui, dipandang sebagai refleksi karya penciptaan dan kasih Allah.

Pendekatan ini membongkar pandangan tradisional yang merendahkan tubuh perempuan sebagai kotor atau inferior. Sebaliknya, tubuh perempuan justru mengungkapkan dimensi ilahi yang kreatif, memelihara dan penuh kasih.

Menutup orasinya, Prof. Asnath menekankan perlunya pembahasan terpadu mengenai politik tubuh, otoritas tubuh, dan teologi tubuh perempuan. Ketiga perspektif tersebut menjadi kunci untuk memahami bagaimana tubuh perempuan telah lama menjadi medan pertarungan ideologi patriarki sekaligus membuka jalan bagi pemulihan martabat dan pembebasan perempuan.

"Tubuh perempuan bukanlah objek pasif budaya atau kekuasaan. Tubuh perempuan adalah ruang subjektivitas yang memiliki nilai, hak, dan potensi pembebasan," tandasnya.

Rektor UKDW, Dr Wiyatingingsih, yang hadir secara langsung menyampaikan apresiasi sekaligus menegaskan bahwa Prof. Asnath merupakan guru besar ke-7 yang dimiliki UKDW sekaligus menutup tahun 2025 ini. Bidang keilmuan unik Teologi Pastoral dan Teologi Feminis akan semakin kaya dengan hadirnya guru besar baru tersebut.

"Karya Prof Asnath berfokus pada pemberdayaan perempuan dari yang inferior,  diangkat. Orasi ilmiah tadi mengingatkan bahwa bagaimana perempuan memiliki otoritas atas tubuhnya. Ini semua untuk mengingatkan kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki diperlakukan secara seimbang sesuai perbedaannya," ungkap Wiyatiningsih.

Keberhasilan Prof Asnath diharapkan bisa menginspirasi akademisi lainnya di UKDW untuk terus mengembangkan diri. "Kami sampaikan selamat atas capaian ini, kami terus nantikan guru-guru besar selanjutnya, dan terpenting berdampak pada masyarakat sekitar kita," tandasnya.

Sementara, Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof Setyabudi Indartono menyampaikan apresiasi sekaligus mengingatkan kampus untuk terus mengembangkan diri melalui riset juga pengabdian masyarakat. Riset dari para guru besar menjadi ujung tombak untuk tri dharma perguruan tinggi tersebut.

"Selamat dan sukses pada Prof Asnath yang dikukuhkan hari ini. Kami juga apresiasi UKDW dan semoga jumlah guru besar terus bertambah, membawa manfaat pada masyarakat," pungkasnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB
X