kampus

Dosen Muda Ini Bantu Tuna Netra Kenali Uang

Kamis, 18 Januari 2018 | 17:43 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Dosen akuntansi Universitas Aisyah Yogyakarta Tri Hartono berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi di bidang finansial dan perbankan dari HSBC Indonesia Research Award (HIRA) 2017. Penelitiannya didaulat sebagai satu dari 10 penelitian terbaik di ajang tersebut. 

HIRA merupakan salah satu inisiatif dari program kerja sama HSBC Indonesia dan Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui Sampoerna University yang ditujukan untuk mendorong kemajuan edukasi keuangan dan perbankan baik secara nasional dan lokal. HIRA sendiri diselenggarakan guna memotivasi dosen dan peneliti agar mampu menjadi agen perubahan terkait edukasi keuangan, terutama lewat penelitian yang solutif dalam menjawab permasalahan daerah masing-masing.

"Waktu itu saya mendapatkan informasi mengenai ajang ini dari sesama rekan dosen, puji syukur ternyata penelitian sederhana saya lolos menjadi salah satu proposal terbaik. Ini menjadi motivasi saya juga untuk semakin serius mendalami isu literasi keuangan terutama bagi penyandang tuna netra, yang merupakan fokus riset saya kemarin," ungkap Tri kepada para wartawan, Kamis (18/01/2017)

Menurut Tri ide  melakukan penelitian mengenai cara mengenali uang bagi tuna netra muncul saat perjalanan ke Cilacap menggunakan bus dan duduk bersebelahan dengan penyandang disabilitas (tuna netra). Mendekati tujuan, kernet mengumpulkan ongkos sebesar Rp 60 ribu dari seluruh  penumpang bus. Penumpang tersebut membayar dengan dua lembar uang masing-masing sebesar Rp 50 ribu dan Rp 20 ribu. Kernet lalu memberikannya uang kembalian sebesar Rp 10 ribu. 

"Selepas kernet pergi, sang penumpang meminta bantuan saya untuk mengecek jika kembalian tersebut benar jumlahnya. Dari situ saya menyadari kesulitan yang harus dihadapi para teman-teman tuna netra saat harus melakukan transaksi berkaitan dengan uang. Besoknya saya langsung menulis sebuah draf penelitian. Tujuannya sederhana, ingin membantu supaya lebih mudah bagi penyandang tuna netra untuk mengidentifikasi nominal dan keaslian uang kertas," paparnya.

Tri kemudian berkenalan dengan seseorang dari Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) di Yogyakarta. Lalu dihubungkan dengan Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yakertunis). Selanjutnya, membantu mengumpulkan 50 responden yang tergolong buta total untuk terlibat dalam eksperimen untuk mendeteksi uang palsu. 

"Dari 50 responden, ternyata hanya setengahnya yang dapat membaca nominal serta membedakan antara uang asli dan palsu. Kesulitan mereka terutama ketika uang sudah kucel, jadi sulit terbaca. Saya kemudian bertanya apa yang dapat membantu mereka lebih mudah untuk mengindentifikasi uang palsu. Rata-rata menjawab jika uang tersebut dilengkapi dengan huruf braille. Dari situ kemudian saya membuat sampel uang kertas dari HVS untuk eksperimen lebih lanjut," jelas pria yang dulunya berkuliah di jurusan akuntansi forensik ini.

Caranya cukup sederhana, Tri memotong kertas HVS menyerupai ukuran uang kertas asli. Untuk keterangan nominal, huruf-hurufnya dilubangi dengan peniti, sehingga menyerupai huruf braille. Ternyata, dengan cara ini sebanyak 48 dari total 50 responden dapat mengenali nominal uang tersebut dengan benar. 

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB