kampus

Cetak Agen-agen Perdamaian, Pendidikan Perdamaian Sebaiknya Diajarkan Sejak Dini

Minggu, 8 Desember 2024 | 18:41 WIB
Narasumber menyampaikan paparan dalam diskusi Pojok Bulaksumur.


Krjogja.com - YOGYA - Pendidikan perdamaian perlu diajarkan sejak dini. Hal ini penting, agar konflik dan tragedi yang pernah terjadi di masa lalu seperti konflik GAM di Aceh, konflik suku di Ambon dan Sampit dan konflik di Poso serta gerakan OPM di Papua tidak terulang kembali.

Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM Eric Kaunan MA mengatakan, dalam upaya mempertahankan stabilitas dan perdamaian dalam kehidupan berdemokrasi, sangatlah dibutuhkan pendidikan perdamaian yang diajarkan sedini mungkin.

Meskipun pendidikan perdamaian sangatlah penting, namun belum ada kurikulum yang menjembatani hal tersebut pada level sekolah dasar bahkan sampai sekolah menengah. Ada pun pada jenjang pendidikan tinggi, hanya diajarkan pada beberapa mata kuliah pilihan saja.

Baca Juga: Sanggar Tari Greget Didik Guru Tari Nasional

"Besar harapan kami, proses perdamaian ditanamkan sejak kecil. Sasaran utama dari pendidikan sejak dini adalah para calon generasi muda yang akan menjadi agen perdamaian di masa mendatang," kata Eric dalam Diskusi Pojok Bulaksumur di Gedung Pusat UGM pada 26 November 2024.

Menurutnya, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya pembentukkan perdamaian, seharusnya dapat diaplikasikan dan tak hanya berakhir di ruang-ruang kelas saja. Hal ini perlu diperkuat dengan adanya peran-peran tokoh masyarakat yang dapat menghubungkan gagasan-gagasan secara lebih luas kepada masyarakat.

Sosiolog UGM Dr Arie Sujito mengatakan, bangsa Indonesia memiliki ruang yang cukup besar dalam mengelola kemajemukan. Hal tersebut yang akan menjadi titik tumpu demokrasi, yang dalam prosesnya tentu akan menemukan banyak konflik dari berbagai lapisan dan kepentingan. "Dari dinamika yang beragam tersebut, ada pola-pola yang dapat dipelajari. Hal itu dapat diolah agar demokrasi tetap baik," jelasnya.

Baca Juga: Daftar Nama Calon Pengganti Gus Miftah sebagai Utusan Khusus Presiden: Ada Ustadz Adi Hidayat?

Menurut Arie Sujito, dalam upaya pencarian resolusi konflik, seharusnya tidak boleh ada kekerasan dalam proses penengahan konflik, terlebih pada saat demonstrasi. "Demonstrasi tak seharusnya dijadikan suatu pertentangan namun upaya untuk menyelesaikan masalah," katanya.

Sedangkan, Sosiolog sekaligus Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM, Drs Lambang Trijono MA PhD mengatakan, penyebab konflik berkepanjangan biasanya dikarenakan adanya masalah-masalah yang besar dan sulit dihadapi dalam kelompok-kelompok masyarakat. Serta persepsi yang keliru antara satu sama lain, dan adanya kekerasan yang kemudian menimbulkan dendam dan rasa sakit yang terus disimpan.

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan tersebut ialah dengan melakukan rekonsiliasi yang dilakukan di zona damai yang netral untuk menguraikan persepsi-persepsi salah yang ada pada satu sama lain. (Dev)

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB