kampus

2024, Kurikulum Merdeka Didominasi Sentimen Negatif

Kamis, 24 April 2025 | 19:43 WIB
Kaprodi Informatika Program Magister FTI UII, dosen pembimbing thesis dan Andi Wafda (Fadmi Sustiwi)


Krjogja.com – Sleman – Analisis tren sentimen menunjukkan bahwa sentimen negatif terhadap Kurikulum Merdeka mendominasi sepanjang tahun 2024, terutama pada P5 dan PMM. Hal ini menunjukkan adanya keluhan berkelanjutan yang perlu diperhatikan. Tren sentimen positif meningkat pada momen-momen tertentu, seperti pelaksanaan ANBK pada RP dan aksi nyata pada PMM, yang mendapat apresiasi karena efisiensi dan relevansinya.

Hal tersebut dikemukakan Andi Wafda kepada media dalam pertemuan daring di FTI UII, Rabu (23/4). Wafda didampingi Kaprodi Informatika Program Magister FTI Irving Vitra Paputungan PhD dan dosen pembimbing Dhomas Hatta Fudholi PhD. Wafda berhasil memertahankan thesis berjudul ‘Aspect Based Sentimen Analysis terhadap Cuitan Platform X tentang Kurikulum Merdeka Menggunakan IndoBERT’ dan lulus berpredikat Summa-cumlaude, IPK 4. Analisis dilakukan dengan meneliti platform X (twitter) pada 1 Januari – 31 Desember 2024.

Wafda menjelaskan bahwa pengambilan data dengan keyword spesifik dan relevan terkait masing-masing aspek Kurikulum Merdeka. Yaitu Modul Ajar, Rapor Pendidikan, Platform Merdeka Mengajar (PMM), dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). “Penurunan sentimen di akhir tahun disebabkan oleh berakhirnya semester ganjil, yang mengurangi tekanan administratif dan beban kerja bagi guru dan siswa,” katanya.

Baca Juga: Syauqi Soeratno Soroti Banyak Anak Muda Indonesia Pilih Jadi Tenaga Kerja Ilegal, Dorong Negara Wujudkan Pancasila

Dijelaskan, setelah melalui proses pra-pemrosesan dan penyeimbangan data, sebanyak 14.313 data digunakan untuk melatih model. Model IndoBERT yang digunakan dalam klasifikasi aspek menunjukkan performa yang sangat baik dengan skor akurasi, presisi, recall, dan F1-score rata-rata sebesar 99%, sementara model untuk klasifikasi sentimen juga menunjukkan hasil yang memuaskan dengan skor akurasi, presisi, recall, dan F1-score rata-rata sebesar 86%.

Temuan ini menunjukkan efektivitas transfer learning dengan IndoBERT sebagai pendekatan yang kuat untuk analisis sentimen berbasis aspek pada data tweet berbahasa Indonesia.

Penerapan Aspect-Based Sentiment Analysis (ABSA) berhasil menghubungkan sentimen dengan aspek spesifik, memberikan wawasan yang lebih mendalam terhadap opini publik.

Baca Juga: Syauqi Soeratno Soroti Banyak Anak Muda Indonesia Pilih Jadi Tenaga Kerja Ilegal, Dorong Negara Wujudkan Pancasila

“Dari total 22.780 tweet yang dikumpulkan sepanjang tahun 2024, hasil ABSA menunjukkan bahwa sentimen negatif mendominasi (42%),” jelasnya. Kemudian diikuti oleh sentimen netral (41%) dan sentimen positif (17%). P5 menjadi aspek dengan tingkat sentimen negatif tertinggi. sementara Modul Ajar, PMM, dan Rapor Pendidikan memiliki persepsi yang lebih seimbang, meskipun tetap terdapat kritik atau masukan yang perlu diperhatikan.

Secara keseluruhan, sebut Wafda, penelitian ini menegaskan bahwa IndoBERT efektif dalam menganalisis aspek dan sentimen terkait Kurikulum Merdeka. Serta memberikan wawasan berharga mengenai persepsi publik dan pola tren sentimen sepanjang tahun 2024. Temuan ini dapat menjadi panduan bagi pemangku kebijakan dalam mengevaluasi dan menyempurnakan implementasi Kurikulum Merdeka.

““Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan antara kebijakan yang dirancang dengan harapan dan pengalaman nyata di lapangan,” tandasnya. Karena itu, meskipun Kurikulum Merdeka telah membawa sejumlah perubahan positif, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan tetap diperlukan agar kebijakan ini dapat lebih efektif diterima dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan nyata di dunia pendidikan. (Fsy)

 

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB