KRjogja.com, BANTUL – Menyambut Hari Tari Dunia yang jatuh pada Selasa, 29 April 2025, Akademi Komunitas Negeri Seni Budaya (AKNSB) Yogyakarta lebih dulu menggelar Pentas Seni Jathilan dan Parade Tari, Sabtu (26/4/2025) di Kampus AKNSB, Sewon, Bantul. Gelaran ini menjadi bukti komitmen AKNSB dalam melestarikan seni tradisional sekaligus memperkenalkan kampus kepada masyarakat luas.
Acara dibagi dalam dua sesi, yaitu siang hingga sore hari diisi pertunjukan jatilan oleh mahasiswa, dosen, hingga karyawan. Malam harinya, giliran 18 komunitas, sanggar, dan sekolah unjuk kebolehan dalam parade tari yang meriah.
Menurut penanggung jawab kegiatan, Otok Fitrianto, M.Pd, pertunjukan jatilan terdiri dari tiga babak: putra, putri, lalu kembali putra. Menariknya, semua babak mempertontonkan momen 'ndadi' atau kondisi trance yang kerap menjadi bagian autentik dalam seni jatilan.
Filosofi "Ndadi" di Mata Akademisi
Direktur AKNSB Yogyakarta, Prof. Dr. Kuswarsantyo, M.Hum, yang akrab dijuluki "Doktor Jathilan", menggarisbawahi makna 'ndadi' dari sudut pandang akademik. Ia menjelaskan, 'ndadi' seharusnya tidak hanya dipahami secara konotatif sebagai fenomena mistik, tetapi lebih kepada makna denotatif: manifestasi dari keahlian dan totalitas dalam berkesenian.
"'Ndadi' dalam jatilan adalah bentuk kesungguhan. Kalau belajar ya harus tuntas, tak setengah-setengah. Sama seperti prinsip sawiji, sengguh, ora mingkuh dalam dunia tari," tegas Kuswarsantyo.
Penerapan konsep ini dianggap selaras dengan nilai-nilai yang dipegang AKNSB sebagai lembaga pendidikan seni berbasis komunitas desa. Hal ini juga diperkuat dengan data dari UNESCO, bahwa tari tradisional merupakan salah satu media penting dalam menjaga warisan budaya dan memperkuat identitas sosial masyarakat.
Melalui pentas dan parade ini, AKNSB ingin mengeksplorasi potensi para mahasiswa dari berbagai jurusan — Seni Tari, Karawitan, dan Kriya. Tidak sekadar tampil, parade ini menjadi ajang “tegursapa” lewat gerak tari untuk mempererat jejaring seni di wilayah DIY dan sekitarnya.
"Harapannya, AKNSB semakin dikenal sebagai kampus seni budaya yang membumi di tengah masyarakat," tambah Kuswarsantyo.
Spesial dalam acara ini, Kuswarsantyo sendiri turut tampil dalam pertunjukan jatilan, membaur bersama mahasiswa. Aksinya sebagai "Doktor Jathilan" ini menjadi simbol konsistensinya dalam menghidupi kesenian rakyat, sejak menyelesaikan disertasinya tentang jatilan di Universitas Gadjah Mada (UGM) beberapa tahun silam. (Ewp)