kampus

UP 45 Bawa Profesor dari Jepang Kenalkan Teknologi Pengolah Sampah Karbon Netral

Rabu, 14 Mei 2025 | 13:20 WIB
Prof Minoru Fujii saat memberikan pemaparan LCCN di UP 45 (Harminanto)

Krjogja.com - SLEMAN - Universitas Proklamasi (UP) 45 menggelar Sosialisasi Pengenalan Teknologi Life Cycle Carbon Neutral (LCCN), Rabu (14/5/2025) siang. Kampus yang ada di kawasan Babarsari mendatangkan Profesor dari Jepang yakni Minoru Fujii, peneliti National Institute for Environment Studies (NIES), yang juga mengembangkan konsep LCCN.

Dalam momen tersebut dilakukan pula penandatanganan kerjasama antara Fakultas Teknik UP 45 dan PT Sirador Lestari Hijau. Kampus berikrar membantu pengelolaan sampah untuk mengurai persoalan yang ada di masyarakat.

Baca Juga: Festival Dalang Cilik 2025 Meriahkan Dies Natalis ke-61 UNY

Dr Esrom Hamonangan Panjaitan, Dosen Teknik Lingkungan UP 45, mengatakan pihaknya berharap LCCN ikut membantu berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Indonesia. Bahwa menurut dia, hampir 25 juta ton timbulan sampah di Indonesia yang belum bisa terurai dengan baik.

"Ada 12 prioritas Kementrian Lingkungan Hidup untuk menangani sampah. Ini harus diurai karena sampah ini pemicu juga perubahan iklim. Indonesia dan Jepang sudah menandatangani join credit mecanism yang artinya menjadi peluang project penguraian persoalan sampah. Wamen LHK Diaz Hendropriyono memberikan PR menangani sampah yang sudah lama, setengah fresh maupun fresh. Teknologi LCCN salah satu yang kami harapkan bisa membantu mengurai persoalan sampah ini," ungkap Esrom.

Di sisi lain dengan adanya kolaborasi dengan Jepang, dosen-dosen muda Indonesia bisa belajar teknologi ke Jepang dan menerapkannya di Indonesia. "69 persen sampah di Indonesia tidak tertangani dengan baik dan harus diurai segera agar tidak membawa dampak buruk bagi masyarakat," tandasnya.

Baca Juga: Solusi Agar Rambut Sehat dan Berkilau, Wajib Coba!

Sementara, Prof Minoru Fujii, menyampaikan konsep karbon netral dibuat untuk mengolah sampah dengan dampak CO2 rendah dan efek ekonomi tinggi. Konsep LCCN, bisa diterapkan di kawasan industri, meningkatkan efisiensi energi konversi bahan baku steam untuk dipakai lagi di industri.

"Keterbaruan LCCN, selain mereduksi CO2, dan nantinya bisa diproses diubah menjadi methanol. Jadi bisa lebih bermanfaat bagi infustri sendiri. Teknologi ini bisa menghasilkan karbon netral. Plastik mix waste diolah dengan LCCN, menghasilkan bisa menjadi plastik yang baru, dan karbon netral," ungkapnya.

Dengan metode LCCN, limbah domestik dan industri dikumpulkan kemudian diangkut ke lokasi LCCN yang berada di komplek industri. Dengan demikian, carbon capture and utilization (CCU) semakin mudah diterapkan.

"Lewat LCCN, semua jenis sampah bisa diolah melalui proses pemanasan tinggi sehingga menghasilkan uap (steam). Kemudian, berbagai senyawa kimia dan residu, termasuk karbon dioksida (CO2), akan diproses lebih lanjut guna diinjeksikan kembali ke dalam steam," tambah Minoru.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas produksi melalui konservasi energi. Proses LCCN berbeda dari proses produksi RDF dan ITF yang masih menghasilkan residu padat, cair, dan gas termasuk CO2 yang akan menyebabkan pencemaran air dan udara yang mengancam lingkungan. (Fxh)

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB