kampus

Fenomena Drop Out di Kalangan Mahasiswa Elite, Teror Kecerdasan Buatan Umum Menghantui

Kamis, 28 Agustus 2025 | 12:00 WIB
Harvard University (Istimewa)

Krjogja.com — BOSTON — Munculnya kekhawatiran akan Artificial General Intelligence (AGI), sebuah bentuk kecerdasan buatan hipotesis yang dapat melakukan berbagai tugas setara dengan manusia, telah memicu fenomena yang tak terduga di kalangan mahasiswa, termasuk dari universitas-universitas elit dunia.

Sejumlah mahasiswa memilih untuk mengambil cuti permanen atau bahkan drop out dari kampus mereka untuk mendedikasikan waktu penuh dalam mencegah AGI agar tidak membahayakan umat manusia.

Baca Juga: Tirta Lie's Bakmi Festival 2025, Kembali Menyapa Masyarakat Yogyakarta

Kisah Alice Blair, mantan mahasiswa Massachusetts Institute of Technology (MIT), menjadi salah satu contoh nyata. Awalnya, ia sangat antusias dengan mata kuliah ilmu komputer, namun kini ia memilih cuti permanen karena ketakutan akan risiko kepunahan manusia akibat AGI.

"Saya khawatir saya mungkin tidak akan lulus karena AGI," kata Blair. Ia kini bekerja sebagai penulis teknis di Center for AI Safety, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada penelitian keamanan AI.

Ketakutan akan dampak destruktif AI ini bukanlah hal baru. Sebuah laporan yang ditugaskan oleh Departemen Luar Negeri AS pada tahun 2024 menyebutkan bahwa risiko "kepunahan tingkat ekstrem" sangat mungkin terjadi, mengingat kecepatan perkembangan AI yang luar biasa.

Baca Juga: Inovasi Kota Cerdas Wujudkan Indonesia Emas

Meskipun banyak peneliti lain, seperti Profesor Emeritus Gary Marcus dari New York University, tidak setuju dengan premis ini dan menyebutnya sebagai "tidak mungkin", namun mereka sepakat bahwa upaya untuk menciptakan AI yang aman adalah hal yang mulia.

Karier vs. Kuliah: Pilihan Sulit di Era Otomatisasi
Selain ketakutan akan kepunahan, kekhawatiran lain yang menghantui mahasiswa adalah potensi AGI untuk mengancam prospek karier mereka.

Nikola Jurković, lulusan Harvard, yang juga menjabat sebagai pimpinan persiapan AGI di kelompok keamanan AI, mengungkapkan bahwa AGI mungkin akan hadir dalam empat tahun, dan otomasi penuh ekonomi hanya butuh lima atau enam tahun.

"Jika karier Anda akan diotomatisasi pada akhir dekade ini, maka setiap tahun yang dihabiskan di perguruan tinggi adalah satu tahun yang dikurangi dari karier singkat Anda," ujar Jurković.

Prediksi ini didukung oleh berbagai laporan, termasuk dari CEO OpenAI Sam Altman yang memperkirakan AGI akan dikembangkan sebelum tahun 2029, dan CEO Google DeepMind Demis Hassabis yang memprediksi dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.

Kekhawatiran ini bukanlah isapan jempol semata. Beberapa perusahaan sudah mulai mengurangi perekrutan magang dan lulusan baru karena AI mampu melakukan tugas-tugas mereka. CEO Anthropic Dario Amodei bahkan memperingatkan bahwa AI dapat menghilangkan separuh dari semua pekerjaan kerah putih tingkat pemula dan menyebabkan tingkat pengangguran naik hingga 20% dalam beberapa tahun ke depan.

Mengejar "Demam Emas" AI dan Kehilangan Gelar Akademik
Kekhawatiran akan hilangnya peluang karier memotivasi banyak mahasiswa untuk mengejar "demam emas" AI sekarang juga, sebelum terlambat. Sejak tahun 2023, banyak mahasiswa yang meninggalkan bangku kuliah untuk mendirikan perusahaan rintisan (startup) mereka sendiri, terinspirasi oleh kisah sukses drop out pendahulu seperti Sam Altman dan CEO Meta Mark Zuckerberg.

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB