Krjogja.com - YOGYA - Perkembangan teknologi yang pesat tidak akan membunuh seni dari kemampuan manusia. Teknologi AI (Artificial Intelligence) yang dirancang untuk meniru kemampuan intelektual manusia, seperti belajar, penalaran, dan pemecahan masalah justru akan sangat membantu manusia dalam produksi karya seni.
"Seperti misal dulu waktu ditemukan teknologi foto, dikhawatirkan akan membunuh seni lukis wajah. Tetapi kenyataan saat ini lukis wajah tetap menjadi karya seni yang diakui," ungkap Rektor ISI Dr Irwandi SSn MSn kepada wartawan Senin (24/11) sesaat sebelum membuka seminar tahunan secara hybrid di Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogya.
Baca Juga: 'Botanical Journey' Ajak Anak Mengenal Alam Lebih Dekat
Membawa tema “Hibriditas Kreatif : Integrasi Seni Media Rekam Dalam Kolaborasi Multidisiplin Untuk Inovasi” seminar dihelat 2 hari 24-25 November 2025.
"Integrasi seni media rekam dalam kolaborasi multidisiplin untuk inovasi menghadirkan potensi luar biasa bagi penciptaan seni yang inovatif, karena menyatukan pengetahuan mendalam tentang seni dan kepekaan artistik dengan pemahaman yang mendalam tentang bahasa dan kemungkinan teknologi," jelasnya.
Seminar Seni Media Rekam 2025 menghadirkan Founder Project Eleven & Art Collector yaitu Konfir Kabo, serta Dr. Arif Eko Suprihono MHum, salah satu Dosen FSMR ISI Yogyakarta.
"Proses penjaringan dilakukan sejak awal bulan Oktober 2025, dari 93 pendaftar yang telah melakukan submit abstrak, dinyatakan 65 abstrak yang lolos. Pendaftar yang telah dinyatakan lolos, makalah-makalah tersebut akan diterbitkan dalam prosiding ber-ISBN," papar Ketua Panitia Dheasey Amboningtyas SE MM.
Didampingi Humas FSMR ISI Yogyakarta Raynald Alfian Yudisetyanto MPhil disebutkan pada akhirnya, akan dipilih pula 8 makalah terbaik yang akan masuk ke dalam jurnal terakreditasi SINTA di bawah naungan FSMR ISI Yogyakarta yaitu Jurnal REKAM, Jurnal JAGS, Sense, dan Specta. (Vin)