kampus

Mahasiswa dan Dosen FSP ISI Yogya Kompak Main Wayang Topeng Panji

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:45 WIB
Prabu Gajah Angun-Angun menari bersiap perang bersama prajuritnya (Juvintarto)

Krjogja.com - YOGYA — Sebanyak 50an mahasiswa dan dosen Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tampil memukau dalam Pertunjukan Wayang Topeng Panji: Dharma Satriyatama, Selasa (9/12) malam di Laboratorium Seni ISI Yogyakarta.

Selama 1 jam lebih penonton menikmati pagelaran ini dan tidak beranjak hingga pertunjukan berakhir.

Baca Juga: Nataru Semakin Dekat, Harga Cabai Rawit Merah Melonjak Rp 90.000 per kilogram

"Mahasiswa dan dosen berkolaborasi sebagai pengrawit dan penari. Pertunjukan malam ini semakin berkesan dengan busana wayang panji yang didesain khusus, seperti misalnya untuk pemeran/penari Prabu Gajah Angun-Angun yang mengenakan topeng gajah dengan berbagai akaesorisnya. Juga untuk pertama kalinya menggunakan perangkat gamelan/karawitan yang baru," tutur Pimpinan Produksi yang juga Dosen Karawitan ISI Yogya Setya RKJ kepada KRJogja.con di sela pertunjukan.

Pertunjukan seni tradisi bernilai historis dan filosofis tinggi ini digelar Unit Pelaksana Akademik (UPA) Pertunjukan Seni ISI Yogyakarta.

"Dimeriahkan dua seniman yang telah lama berkarya dalam dunia seni tradisi Uni Yutta dan Mamok Ramadona yang menambah bobot artistik sekaligus memperkaya pengalaman penonton dalam menikmati dunia pertopengan dan seni pertunjukan tradisi," paparnya.

Baca Juga: Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kolaborasi para seniman dan akademisi selaku Sutradara Dr Yosef Adityanto Aji SSn MA, Penata Tari: Arjuni Prasetyorini SSn MSn, Penata Iringan Aji Santoso Nugroho MSn, Penata Busana Dra Winarsi Lies Apriyanti MHum menjadi kekuatan utama dalam merekonstruksi dan menginterpretasikan cerita Panji sesuai tuntutan artistik masa kini tanpa meninggalkan akar tradisinya.

"Mengangkat kisah klasik Panji yang sarat ajaran tentang dharma, pencarian jati diri, dan nilai-nilai kesatriaan. Lakon Dharma Satriyatama ditulis oleh Y. Adityanto Aji, dan disajikan melalui perpaduan seni topeng, tari, musik, serta dramatik tradisi yang menjadi identitas khas Wayang Topeng Panji," paparnya.

Menceritakan perjalanan Panji Inu Kertapati dalam mencari jati diri setelah kehilangan kekasihnya, Dewi Angreni. Tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan, Panji lalu mengubah identitasnya menjadi Klana Jayengsari. "Perjalanan hidupnya membawanya ke Kerajaan Jenggala, di mana ia memenangkan swayembara untuk meminang Dewi Sekartaji," papar Setya.

Namun kemenangan tersebut memicu amarah Prabu Gajah Angun-Angun dari Metaun, yang kemudian menyerbu Jenggala. "Pertempuran besar pun tidak terhindarkan hingga akhirnya Klana Jayengsari berhasil menumpas Gajah Angun-Angun, memulihkan kedamaian, dan menemukan kembali makna kesatriaan sejati," tutur Setya.

Kisah ini tidak hanya menghadirkan dramatika dan estetika tradisi, tetapi juga nilai moral bahwa seorang kesatria harus mampu menundukkan ego, menjalankan dharma, serta menjaga kehormatan dan kasih sayang. (Vin)

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB