kampus

Mendiktisaintek: Sains dan Teknologi Harus Menjawab Persoalan Nyata Masyarakat

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:11 WIB
Mendiktiristek, Brian Yuliarto dalam acara REPORTOAR 2025.

KRjogja.com - JAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menegaskan pengembangan sains dan teknologi di Indonesia harus bergeser dari sekadar pencapaian angka-angka menuju kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.

Hal ini disampaikan dalam acara “REPORTOAR 2025: Refleksi dan Arah Pengembangan Sains dan Teknologi" yang diselenggarakan di Graha Kemdiktisaintek, Sabtu (20/12/2025).

Dalam arahannya, Menteri Brian menekankan melalui Program Semesta, kementerian ingin membangun paradigma baru dimana teknologi tidak lagi berjarak dari kehidupan sehari-hari.

"Sains tidak boleh eksklusif, teknologi harus dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan pengetahuan tidak boleh tumbuh meninggalkan masyarakat," tegas Mendiktisaintek.

Selain itu, Mendiktisaintek juga menyoroti tantangan besar dalam hilirisasi riset, yaitu Death Valley atau "Lembah Kematian" inovasi. Menteri Brian mendorong agar prototipe hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bertransformasi menjadi produk komersial untuk menekan ketergantungan impor.

Laporan Capaian: 137 Inovasi dan Peluncuran 100 Karya Terbaik

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek), Ahmad Najib Burhani melaporkan bahwa kolaborasi strategis antara Kemdiktisaintek, LPDP, dan Harian Kompas telah membuahkan hasil nyata.

Sebanyak 137 poster dan produk inovasi dari Program Semesta mencakup skema In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Berdikari dipamerkan sebagai bukti kedaulatan berpikir bangsa.

Dirjen Najib juga menambahkan 100 karya terbaik dari program berdikari akan dirangkum dalam sebuah buku yang akan diluncurkan agar lebih mudah diakses publik.

"Seratus kisah yang tersaji dalam buku itu memperlihatkan bahwa sains dan teknologi tidak berdiri di luar masyarakat. Di situlah sains dan teknologi menemukan makna sosialnya, bukan sekadar sebagaisimbol kemajuan, tetapi sebagai motor penggerak yang memperkuat daya hidup, produktivitas, dan ketahanan masyarakat," tutur Dirjen Najib.

Sementara itu, beberapa inovasi unggulan yang disoroti antara lain:

• Ecopeat-ATMI: Pemanfaatan sabut kelapa dari Politeknik ATMI Surakarta.
• Otomatisasi Circular Farming: Inovasi berbasis IoT untuk lahan kering di NTT oleh Politeknik Negeri Kupang.
• Teknologi Jagung Sen Organik: Solusi kesejahteraan bagi komunitas di Nifuboke oleh Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
• Pengolahan Limbah: Transformasi limbah pasar menjadi pakan ayam oleh Universitas Papua.

Ditjen Saintek juga memperkenalkan Suryakanta yang merupakan sebuah inisiatif baru untuk mengukur dampak perguruan tinggi.

"Melalui Suryakanta, kita ingin menggeser fokus kinerja dari yang tadinya hanya menghitung jumlah riset, menjadi mengukur seberapa besar manfaat riset tersebut bagi masyarakat luas," jelas Dirjen Najib.

Halaman:

Tags

Terkini

Perlu 7 Pilar Fondasi Sistematik Kinerja Aset

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:20 WIB

Lagi, Dr Sihabul Millah Pimpin IIQ An Nur Yogyakarta

Sabtu, 20 Desember 2025 | 20:30 WIB

UMJ Perlu Melangkah ke Universitas Kelas Dunia

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:15 WIB