DUNIA memeringati Hari Remaja Internasional pada 12 Agustus 2017 lalu. Di Indonesia, Hari Remaja Internasional dirayakan di 20 provinsi secara serentak yang diprakarsai Yayasan Kampung Halaman (KH). Gelaran asyik dan unik di Yogyakarta digelar di Karangwaru Riverside di tanggal yang sama, dari pagi hingga malam. Ratusan remaja se-DIY dan Jawa Tengah (Jateng) larut dalam ragam acara di sana.
Wucha Wulandari, Koordinator Jalan Remaja 1208 membeberkan bahwa tema "Terasing" yang jadi headline gelaran tahun ini didapat melalui proses panjang. KH awalnya menggelar acara Rembuk Remaja pada 22-23 April 2017 se-Jawa. Dalam gelaran itu KH mencatat beberapa hal yang dialami remaja, komunitas, dan lingkungan sekitarnya.
Salah satunya rendahnya kepedulian dari orang tua untuk mendukung aktivitas remaja di komunitas. Upaya dari remaja dan komunitas untuk menjelaskan nilai positif aktivitas mereka pun kerap tidak dihiraukan. Selepas RR, temuan ini digali lebih jauh oleh kawan-kawan KH. Menyebarnya hoaks, fenomena stres di kalangan remaja, pesatnya penggunaan internet di kalangan remaja, dan akhirnya bermuara ke keterasingan yang dialami remaja karena itu.
"Kami pun menemukan benang merah dari semua ini, yaitu kata 'terasing'. Tapi fenomena ini dalam kehidupan remaja masih perlu ditelusuri untuk melihat lebih jauh peranannya. Untuk itulah #Terasing kami angkat sebagai tema JR1208 tahun ini. Harapannya, para remaja bisa turut merefleksikannya serta mengambil sikap yang tepat terhadap 'keterasingan'," beber Wucha.
Respon terhadap "Keterasingan" itu digelar dengan ragam acara mendidik. Sebut saja lomba video diary atau vlog remaja. Selama menggelar ajang ini KH menerima 12 video diary dari 11 komunitas remaja. Isi video menggambarkan interpretasi keterasingan remaja di lingkungannya masing-masing. Komunitas Ngejah, Garut, contohnya. Mereka menggambarkan keterasingan sosok Rais, petani remaja yang diasingkan teman-temannya lantaran tidak pernah ikut berkumpul bersama. Kondisi Rais yang harus mengurus kebun keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak membuatnya terpaksa menjadi petani. Sindiran halus di mana banyak remaja yang enggan memasukkan petani di kamus cita-citanya.
Ada pula Komunitas Rumah Belajar Ilalang dari Jepara dengan "Diasingkan Zaman". Anak remaja di Pedukuhan dan orang tua mereka digambarkan sama-sama terasing lantaran punya respon berbeda melihat zaman. Facebook, membuat anak-anak tak lagi dekat dengan orang tua di dalam rumah. Video diary pun diputar dalam Jalan Remaja 1208 di Yogyakarta.
Selanjutnya ada opini remaja, di mana ada 15 tulisan tentang keterasingan yang dikirimkan ke KH. Agus Mulyadi, penulis esai remaja juga membahas karya ini dengan para remaja di siang harinya. Di tengah-tengah kegiatan, terdapat lapak kreatif Warga Kampung Karangwaru, Lemonade, Juragan Kecil, Pramesti Emping, Cimolly Premier Craft, dan Siswa Sekolah Menenggah Seni Rupa dan Remaja Komunitas Sangkanparan, Cilacap. Diskusi remaja juga digelar untuk melihat bagaimana mereka merespon stigma yang muncul, seperti cita dan cinta yang dibahas habis bersama remaja.
Panggung pertunjukkan diisi para penampil seperti Angklung Riverside, lalu solois Folk Umar Haen dengan lagu-lagu dekat dengan realita, keroncong perjuangan pantomim Voice of Citizen yang sukses mengajak joget bersama, dan ditutup Summerchild Trio. "Semoga yang kami lakukan hari ini bisa memberi pandangan pada dunia bahwa memahami remaja itu tidak selalu dengan etika atau norma semata. Remaja itu semuanya kreatif dan bagaimana mereka yang dewasa bisa memahaminya. Remaja adalah bagian dari dunia," tutup Wucha.(Des)