keluarga

Brain Rot Lagi Populer, Apa Itu?

Jumat, 27 Desember 2024 | 09:50 WIB
lustrasi sedih, kecewa, patah hati, putus cinta, terluka. (Image by jcomp on Freepik

KRjogja.com - MENGUTIP dari Oxford University Press, brain rot didefinisikan sebagai penurunan kondisi mental atau intelektual seseorang. Alasan utama penyebab kondisi ini adalah karena konsumsi materi yang berlebihan, terutama konten online, yang dianggap sepele atau tidak menantang.

Istilah brain rot terpilih menjadi Oxford Word of the Year 2024. Pemilihan ini diputuskan setelah adanya pemungutan suara publik yang diikuti lebih dari 37.000 orang.

Dalam istilah lain, kebiasaan ini disebut short attention span atau rentang perhatian yang pendek. Ini adalah kemampuan untuk fokus pada suatu tugas atau aktivitas dalam waktu singkat.

Baca Juga: Tekan Angka Kemiskinan, Dinas PUPESDM DIY Hadirkan Penanganan RTLH Terintegrasi 2024

Orang dengan short attention span sering mengalami kesulitan untuk fokus pada tugas dan percakapan. Konsumsi konten online berkualitas rendah dalam jumlah berlebihan, terutama di media sosial, pada akhirnya menyebabkan brain rot.

Akibatnya, seseorang menjadi tidak betah berlama-lama saat membaca buku, membaca artikel atau tulisan panjang, serta tidak tertarik dengan tayangan panjang seperti film.

Istilah ini meningkat dalam frekuensi penggunaan sebesar 230 persen antara 2023 dan 2024. Penggunaan istilah brain rot sebenarnya pertama kali ditemukan pada 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreau.

Dalam buku tersebut, Thoreau melaporkan pengalamannya dalam menjalani gaya hidup sederhana di dunia alam. Thoreau mengkritik kecenderungan masyarakat untuk mendevaluasi ide-ide kompleks.

Baca Juga: Begini Pengakuan Penumpang Pesawat Korban Selamat Azerbaijan Airlines (AZAL) yang Selmat

Hal ini dapat ditafsirkan bahwa masyarakat cenderung lebih mendukung yang sederhana. Ia melihat ini sebagai indikasi penurunan umum dalam upaya mental dan intelektual.

Dalam 12 bulan terakhir, istilah ini pun telah mengambil makna baru di era digital. Brain rot awalnya mendapatkan daya tarik di platform media sosial, terutama TikTok di antara komunitas Gen Z dan Gen Alpha.

Istilah ini sekarang digunakan untuk konteks yang lebih luas, termasuk dalam jurnalisme mainstream. Brain rot digunakan di tengah kekhawatiran masyarakat tentang dampak negatif dari konsumsi konten online yang berlebihan.

Dalam budaya online, brain rot juga sering digunakan dengan cara yang lucu atau mencela diri sendiri oleh komunitas online. Awal tahun ini, sebuah pusat kesehatan mental di AS menerbitkan saran secara online tentang cara mengenali dan menghindari brain rot.

Baca Juga: Antisipasi Getok Tarif, Dishub Sukoharjo Awasi Parkir Kendaraan di Momen Nataru

Halaman:

Tags

Terkini

Puasa Ramadan 2026 Sebentar Lagi Datang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 12:30 WIB

Unik, Ijab Qobul di Atas Motor Kuna

Selasa, 24 Juni 2025 | 16:50 WIB