KRjogja.com - YOGYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY mencatat terjadi deflasi pada Agustus 2025 sebesar 0,24 persen (month-to-month/m-to-m). Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 108,57 pada Juli 2025 menjadi 108,31 pada Agustus 2025. Angka ini lebih dalam dibanding deflasi yang tercatat pada Mei 2025 sebesar 0,15 persen.
Meski demikian, secara tahunan (year-on-year/y-o-y) DIY masih mengalami inflasi sebesar 2,30 persen. Adapun inflasi tahun kalender (year-to-date/y-t-d) hingga Agustus 2025 tercatat 1,59 persen.
Plt. Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati, mengungkapkan kelompok pengeluaran terbesar penyumbang deflasi bulanan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,90 persen atau andil deflasi 0,26 persen.
Baca Juga: BI DIY Pastikan Deflasi Agustus Terkendali dan Sesuai Target
“Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada Agustus yaitu tomat sebesar 0,11 persen, cabai rawit 0,07 persen, bensin dan telur ayam ras masing-masing 0,02 persen. Selain itu kacang panjang, cabai merah, angkutan udara, brokoli, jeruk, dan kentang juga turut memberi andil masing-masing 0,01 persen,” jelas Herum di Yogyakarta, Rabu (3/9/2025).
Sementara itu, kelompok pendidikan justru mencatat inflasi 0,44 persen dengan andil 0,03 persen. Kenaikan ini dipengaruhi tahun ajaran baru, baik di pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Inflasi juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,19 persen dengan andil 0,01 persen, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,07 persen dengan andil 0,01 persen.
Berdasarkan wilayah, Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta sama-sama mencatat deflasi bulanan, masing-masing 0,27 persen dan 0,21 persen. Namun secara tahunan, keduanya mengalami inflasi, yakni Gunungkidul 2,33 persen dengan IHK 107,46, dan Kota Yogyakarta 2,28 persen dengan IHK 109,35.
Baca Juga: Defisit Anggaran Ditutup SILPA, Usulan Perbaikan Jalan Rp60 M Disetujui
Lebih rinci, inflasi tahunan DIY sebesar 2,30 persen didorong oleh kenaikan harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Di antaranya, makanan, minuman, dan tembakau (3,58 persen), pakaian dan alas kaki (2,53 persen), perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (1,13 persen), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak hingga 9,74 persen.
Kelompok lain yang juga mencatat kenaikan yaitu perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga (1,58 persen), kesehatan (1,31 persen), transportasi (0,20 persen), rekreasi, olahraga dan budaya (0,64 persen), pendidikan (1,52 persen), serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,84 persen).
"Adapun satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen. Perkembangan harga komoditas di DIY masih terkendali, meski tekanan inflasi tetap ada pada kelompok tertentu terutama pendidikan dan kebutuhan rumah tangga," pungkas Herum.(Ira)