keuangan

The Indonesia 2023 Summit: Menakar Ekonomi Indonesia saat Ketidakpastian Global

Minggu, 30 Oktober 2022 | 09:20 WIB
he Indonesia 2023 Summit: Menakar Ekonomi Indonesia di Kala Ketidakpastian Global/Istimewa

Krjogja.com - JAKARTA - Pandemi Covid-19 semakin terlihat melandai. Namun, situasi geopolitik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina semakin membuat situasi ekonomi global mengalami ketidakpastian.


Itu terlihat dari risiko yang mulai bergeser, dari pandemi ke gejolak ekonomi global. Beberapa indikator menunjukkan bahwa situasi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari inflasi global melonjak yang diakibatkan oleh supply disruption, pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga yang akan menyebabkan volatilitas pasar keuangan global, adanya potensi krisis utang global, hingga potensi stagflasi yang terjadi.


Outlook ekonomi global pun semakin melemah seiring dengan peningkatan risiko yang terjadi. Akan tetapi, prospek pertumbuhan jangka pendek Indonesia dalam situasi ekonomi global yang sedang bergejolak, terefleksi baik pada sisi konsumsi maupun produksi. Dan kinerja sektor eksternal Indonesia pun masih cukup solid.


"Dengan konteks seperti itu, risiko secara global bergeser, tapi Indonesia punya ground yang baik. Maka, cara pandang kita harus bertumpu pada dua sisi, optimis dan waspada," kata Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara dalam acara tahunan The Indonesia 2023 Summit, Rebuild The Economy 2023: Tackling Uncertainty Challenges through Stronger Economic and Industry Policy, Kamis (27/10/2022).


"Kita harus optimis karena kinerja perekonomian kita membaik. Namun, risiko ketidakpastian kita masih sangat tinggi, jadi harus waspada," tegasnya.


Untuk itu, pemerintah terus membangun arsitektur APBN secara sehat guna membangkitkan optimisme namun tetap waspada.


"Di tengah risiko ketidakpastian perekonomian global yang eksalatif, APBN akan dioptimalkan sebagai shock absorber," ungkap Suahasil.


Suahasil pun memaparkan bahwa pemerintah melihat akan ada empat sumber pertumbuhan baru ke depan. Salah satunya, transisi Indonesia menuju ekonomi hijau. Transisi itu akan membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru.


"Transisi yang terus didorong saat ini adalah dari sisi otomotif. Untuk itu diperlukan dukungan dan pemikiran dari semua pihak untuk bisa mendorong sektor transformasi menuju green economy," jelasnya.


"Sumber pertumbuhan baru ke depan akan muncul dari hilirisasi produksi tambang yang terus didorong pemerintah, penggunaan produksi dalam negeri, dan pendalaman sektor keuangan yang saat ini sedang dirumuskan pemerintah dan parlemen," tambahnya.


Di sisi lain, menjawab tantangan ketidakpastian ekonomi global, Kementerian Perdagangan memiliki dua kebijakan utama. Pertama berkaitan dengan perdagangan dalam negeri, khususnya dalam rangka stabilisasi harga pangan dan ketersediaan pangan. Kedua terkait dengan digitalisasi ekonomi.


"Di tahun 2021, kita sudah dihadapkan dengan yang namanya super cycle commodity, yang harganya cukup tinggi. Lalu, ditambah impact dari perang Rusia-Ukraina. Sehingga ini memicu inflasi global," jelas Kasan Muhri.


"Dari situ, kita memproyeksikan bahwa ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun depan," tambahnya.


Ia pun mengungkapkan akan mencermati penuh negara yang akan menjadi tujuan ekspor utama, seperti China dan Uni Eropa.

Halaman:

Tags

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB