Krjogja.com - SUKOHARJO - Kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat termasuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terpenuhi. Stok melimpah dan harga stabil. Dipasaran harga minyak goreng curah Rp 13.000 per liter dan minyak goreng kemasan berkisar Rp 15.000- Rp 18.000 per liter.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop UKM) Sukoharjo Iwan Setiyono, Senin (24/10/2022) mengatakan, kebutuhan minyak goreng untuk masyarakat termasuk pelaku UMKM sudah normal. Sebelumnya baik masyarakat dan pelaku UMKM mengeluhkan sulitnya mendapatkan minyak goreng dan harga tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan beban hidup dan biaya produksi pelaku UMKM tinggi.
Pelaku UMKM di Kabupaten Sukoharjo sekarang sudah bisa mendapat minyak goreng dengan harga murah. Hal ini berdampak pada penurunan biaya produksi yang dikeluarkan.
"Sektor usaha UMKM sekarang sudah normal setelah stok melimpah dan harga minyak goreng turun. Produksi mereka sekarang pulih seperti semula setelah sebelumnya sempat terganggu akibat tingginya harga minyak goreng," ujarnya.
Iwan menegaskan, mudahnya mendapat barang dan harga terjangkau membuat sektor UMKM bangkit. Pemkab Sukoharjo lega dengan kondisi tersebut mengingat pelaku UMKM menjadi salah satu andalan ekonomi daerah.
"Banyak pelaku UMKM yang mengandalkan minyak goreng dalam menjalankan usaha. Khususnya yang bergerak dibidang makanan. Produk yang dihasilkan tidak hanya dijual tingkat lokal, namun juga ke beberapa daerah," lanjutnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo sudah memantau stok dan harga minyak goreng baik curah dan kemasan di pasar tradisional, toko modern dan gudang penyimpanan. Hasilnya diketahui stok melimpah. Sedangkan untuk harga minyak goreng curah Rp 13.000 per liter dan harga minyak goreng kemasan Rp 15.000- Rp 18.000 per liter.
Harga cenderung stabil dan kalaupun ada kenaikan tidak signifikan. Harga minyak goreng akan kembali turun beberapa hari kemudian setelah ada penambahan pasokan dari distributor.
Iwan Setiyono mengatakan, jumlah pelaku UMKM terus tumbuh. Mereka bergerak diberbagai bidang usaha. Disdagkop UKM Sukoharjo mencatat jumlah pelaku UMKM di Kabupaten Sukoharjo hingga saat ini ada 110 ribu UMKM tersebar di 12 kecamatan.
Pertumbuhan pelaku UMKM kemungkinan masih akan terjadi kedepan. Hal ini diperkirakan Disdagkop UKM Sukoharjo setelah melihat kondisi usai pandemi virus Corona mereda.
"Pelaku UMKM sekarang tidak hanya berasal dari orang tua saja tapi muncul banyak anak muda juga membuka usaha. Angka sekarang 110 ribu pelaku UMKM dan kami perkirakan hingga akhir tahun 2022 terus tumbuh bisa mencapai 120 ribuan pelaku UMKM. Ya itu karena banyak anak muda sekarang tertarik terjun di UMKM," ujarnya.
Iwan mengatakan, ketertarikan anak mudah terjun menjadi pelaku UMKM karena faktor ekonomi. Sebab sebelumnya selama dua tahun pandemi virus Corona sangat terasa dampaknya dibidang ekonomi. Anak muda dalam menjalankan usaha UMKM baik meneruskan milik orang tua atau keluarga juga banyak yang membuka sendiri.
Disdagkop UKM Sukoharjo menemukan banyak pelaku UMKM anak mudah setelah melakukan pendataan dan pemantauan. Pelaku UMKM anak muda tersebut seperti terlihat di kawasan Gedung Pusat Promosi Potensi Daerah Sukoharjo. Pelaku UMKM anak muda membuka berbagai jenis usaha seperti makanan, minuman dan kerajinan.
"Kalau dulu mungkin anak mudah malu jadi pelaku UMKM. Malu jualan tapi sekarang kondisinya sudah beda. Apalagi jualan sekarang memiliki segmen pasar dan pola sendiri," lanjutnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo akan terus memantau dan mendampingi para pelaku UMKM. Pelatihan juga dilakukan demi mengembangkan usaha. Termasuk juga memberi kemudahan akses mendapatkan modal usaha dengan melibatkan pemerintah pusat dan perbankan.
Pelaku UMKM Sukoharjo Wintarti mengatakan, usaha gorengan yang dijalani sekarang terbantu dengan penurunan harga minyak goreng curah Rp 13.000 per liter. Bahkan harga minyak goreng curah sekarang lebih murah dari ketetapan pemerintah pusat sebesar Rp 14.000 per liter.
"Sekarang sudah lumayan. Biaya usaha lebih terjangkau setelah harga minyak goreng curah turun," ujarnya.
Wintarti mengatakan, dengan penurunan harga minyak goreng curah membuat usaha yang dijalani lebih tenang. Sebab sebelumnya harga sempat naik tinggi dan barang terbatas dipasaran. Untuk membeli minyak goreng curah harus saling berebut dengan pembeli lainnya.
"Kalau minyak goreng curah habis bisa beli kapan saja ke pasar. Tidak takut berebut dan kehabisan lagi. Usaha jadi tenang," lanjutnya. (Mam)