Krjogja.com - SUKOHARJO - Potensi kerawanan tanah longsor di wilayah perbukitan berkurang seiring banyaknya penanaman berbagai jenis tanaman di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo. Namun demikian, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana alam diminta tetap waspada seiring perubahan cuaca ekstrem dampak dari fenomena alam La Nina atau peningkatan curah hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Sri Maryanto, Jumat (7/10/2022) mengatakan, gencarnya penanaman berbagai jenis tanaman di perbukitan di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu cukup membantu mengurangi risiko tanah longsor. Tanaman yang ditanam tersebut didominasi pohon buah seperti alpukat, durian, kelengkeng, mangga, kelapa genjah, porang dan lainnya. Selain itu juga ditanami tanaman keras seperti jati, mahoni dan lainnya.
Upaya mencegah tanah longsor di wilayah perbukitan juga dilakukan dengan penanaman akar wangi atau Vetiver. BPBD Sukoharjo bersama pihak terkait telah melaksanakannya sejak tahun 2020, 2021 dan 2022.
Wilayah selatan mendapat prioritas penanganan sendiri dari Pemkab Sukoharjo. Sebab geografis disana banyak perbukitan dan tingkat rawan longsor tinggi. Banyak perbukitan kurang memiliki kekuatan untuk menahan tanah longsor akibat tidak adanya penahan alam berupa tanaman dan tanggul pengaman.
"Semua potensi bencana alam diwaspadai sekarang. Sudah ada peringatan dari BKMG terkait dampak La Nina. Seperti banjir dibeberapa daerah," ujarnya.
BPBD Sukoharjo memetakan kerawanan bencana alam dalam beberapa wilayah seperti tanah longsor, banjir dan angin kencang. Masing-masing wilayah sudah mendapatkan penanganan sendiri dengan melibatkan pihak terkait dan masyarakat.
"Seperti di wilayah selatan disana sekarang warga dilibatkan untuk menanam. Tanaman tidak hanya pohon keras saja, tapi juga buah dimana warga bisa menikmati hasilnya sekaligus membantu mencegah tanah longsor di perbukitan," lanjutnya.
Sri Maryanto mengatakan, pola lama perbukitan ditanami tanaman keras membuat warga kurang memiliki ketertarikan dan peduli alam. Namun setelah dilibatkan menanam tanaman buah maka antusias warga semakin tinggi. Sebab warga menjadi rutin melakukan perawatan tanaman sekaligus lingkungan sekitar.
"Termasuk warga memberikan laporan secepatnya apabila ada tanda alam tanah longsor seperti retakan bukit," lanjutnya.
Sri Maryanto menambahkan, untuk penanaman akar wangi dipilih karena memiliki kemampuan menahan erosi tanah. Tanaman tersebut dimanfaatkan untuk membantu pencegahan tanah longsor dibeberapa desa di Kecamatan Bulu dan Weru.
BPBD Sukoharjo bersama petugas terkait lainnya sudah banyak melakukan penanaman akar wangi atau Vetiver. Petugas juga melibatkan warga untuk membantu penanaman dan pembibitan.
"Akar wangi atau Vetiver ini mudah diperbaiki dan kami libatkan warga. Nantinya akar wangi atau Vetiver yang diperbanyak warga bisa ditanam dibeberapa titik lainnya," lanjutnya.
Warga juga dilibatkan untuk membantu perawatan dan pengawasan. Sebab keberadaan tanaman akar wangi atau Vetiver sangat bermanfaat mencegah tanah longsor.
"Penanaman akar wangi atau Vetiver sebagai salah satu upaya pencegahan tanah longsor. Kami juga tetap menanam tanaman keras dan buah dengan melibatkan pihak terkait," lanjutnya.
Penanaman akar wangi atau Vetiver di Kabupaten Sukoharjo sebelumnya juga pernah dilakukan dibeberapa lokasi disepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Keberadaan tanaman tersebut dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah. (Mam)