Krjogja.com - SUKOHARJO - Penutupan Jembatan Jurug dan Jembatan Mojo di Kota Solo dikhawatirkan berpengaruh besar pada sektor perdagangan dan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo. Sebab perputaran barang menjadi lama yang berdampak pada peningkatan biaya pengiriman karena harus menggunakan jalur lain selama pembangunan dua jembatan. Namun demikian, hal tersebut hanya bersifat sementara dan akan pulih setelah proyek selesai.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop UKM) Sukoharjo Iwan Setiyono, Kamis (22/9/2022) mengatakan, sektor perdagangan khususnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), jasa transportasi, industri dan jenis usaha lainnya ikut terdampak selama penutupan Jembatan Jurug dan Jembatan Mojo di Kota Solo karena akan dibangun. Dampak tersebut berupa pelambatan pengiriman barang atau tranportasi angkut dari pelaku usaha ke pasar atau konsumen. Hal ini berdampak pada pergerakan ekonomi pelaku usaha.
Dampak paling besar dirasakan karena penutupan Jembatan Mojo karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dengan Semanggi, Kota Solo. Jembatan tersebut dalam keseharian sangat dibutuhkan masyarakat dan pelaku usaha untuk mengakses dan mempercepat angkut barang.
Pelaku usaha selama penutupan Jembatan Jurug dan Jembatan Mojo akan menggunakan jalur alternatif sesuai rekayasa lalu lintas yang telah disiapkan. Hal ini berdampak pada lamanya pengiriman barang dan membengkaknya biaya pengangkutan.
"Ini wajar sebagai dampak pembangunan. Tapi sifatnya hanya sementara dan setelah proyek selesai akan pulih seperti semula. Tentunya para pelaku usaha dan UMKM sudah memperhitungkan pasar dan kebutuhan angkut barang. Terlebih lagi sekarang setelah ada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM)," ujarnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo sudah berkomunikasi dengan pelaku UMKM dan memang ada kekhawatiran. Sebab biasanya pengiriman barang hanya tinggal melintasi Jembatan Mojo untuk masuk ke Kota Solo maka nanti akan memutar menggunakan jalur alternatif yang jauh.
"Pertimbangan pelaku usaha dan UMKM dari segi waktu menjadi lama dan ongkos kirim membengkak karena butuh BBM lebih banyak memutar jalan melalui jalur alternatif," lanjutnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo mencatat ada cukup banyak pelaku UMKM asal Kecamatan Mojolaban. Mereka bergerak diberbagai bidang usaha seperti makanan, minuman, batik, pakaian, jasa, perdagangan dan lainnya. Para pelaku UMKM ini memiliki pasar baik di wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo.
"Misal untuk pelaku UMKM batik di Mojolaban atau wilayah lain disekitarnya di Kabupaten Sukoharjo mereka punya pasar atau pembeli di Kota Solo maka nanti harus memutar menggunakan jalur alternatif. Hal sama seperti pelaku UMKM perajin karak dan kerupuk perdagangan mereka kebanyakan ke Solo dengan menyeberang Jembatan Mojo nanti setelah ditutup maka juga akan memutar," lanjutnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo meminta kepada pelaku UMKM dan pelaku usaha lainnya untuk tenang. Sebab pembangunan jembatan tersebut juga demi kepentingan masyarakat.
"Sektor jasa dan transportasi juga terdampak tapi memang sekali lagi itu dampak dari pembangunan yang nantinya setelah selesai maka bisa dinikmati masyarakat," lanjutnya.
Disdagkop UKM Sukoharjo juga akan memantau kondisi perdagangan khususnya bahan kebutuhan pokok pangan di Pasar Bekonang Mojolaban dimana perdagangannya cukup dekat dengan Kota Solo. Dikhawatirkan harga aman naik seiring kenaikan biaya angkut barang karena menggunakan jalur alternatif dan ditengah penyesuaian harga BBM.
"Untuk harga kebutuhan pokok pangan juga akan kami pantau di Pasar Bekonang Mojolaban dimana letaknya paling dekat dengan Jembatan Mojo. Pengiriman barang kesana nantinya juga harus melalui jalur alternatif setelah jembatan ditutup untuk dibangun," lanjutnya. (Mam)