BOYOLALI, KRJOGJA.com – Warga di lereng Merapi-Merbabu yang selama ini rawan kekeringan saat musim kemarau, diimbau untuk bisa menerapkan teknologi ramah lingkungan sederhanan yang bisa membantu mereka dalam mencukupi kebutuhan air. Salah satu caranya yakni dengan memanen air hujan melalui pembuatan bak-bak penampungan air hujan.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) ,Edy Sutiyarto menjelaskan, upaya membuat tempat penampungan air ke rumah warga sudah ia terapkan, minimal di tempatnya bertugas. Dulu saat ia berdinas di Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Resort Selo dan Kemalang, serta beberapa balai lain di luar jawa, hal itu sudah ia terapkan. Tempat penampungan air di kantor BTNGMb pun akan ia buat sebagai contoh untuk mendorong masyarakat membuat hal yang sama. "Dengan teman-teman sudah sosialisasikan. Bahkan di Desa Musuk dan Mriyan sudah jalan," terangnya beberapa waktu lalu.
Diterangkannya, tempat penampungan hujan yang bagus adalah dari semen tanpa lapisan keramik. Jikapun berbahan seng, plastik, atau fiber, pun tak masalah. Namun PH atau tingkat keasaman air rendah sehingga kurang baik bagi kesehatan. Tempat penampungan air bisa dibuat di lokasi yang tak membutuhkan ruang tambahan, semisal di bawah lantai rumah. "Kita sosialisasikan kepada masyarakat yang sedang membangun rumah misalnya, untuk membuat tempat penampungan air di bawah lantai. Lokasi tak terlihat tapi bermanfaat," jelasnya.
Upaya lain yang ia lakukan di wilayah kerjanya yakni upaya meningkatkan tingkat resapan air hujan ke dalam tanah, dengan memndorong masyarakat menerapkan teknologi ramah lingkungan. Misalnya dengan penghijauan. Pemanfaatan bahan keras, semisal cor semen, juga akan membaut tingkat resapan air rendah. Air tak akan tertampung ke dalam tanah dan langsung teralirkan ke saluran pembuangan yang berhulu di sungai. "Bila tingkat resapan air tinggi, maka sumber air tanah banyak sehingga memungkinkan masyarakat untuk mencari sumber air, misalnya melalui sumur resapan," pungkasnya. (Gal)