BOYOLALI, KRJOGJA.com – Sedikitnya sebanyak 40 desa yang tersebar di enam kecamatan di Boyolali, yakni kecamatan Wonosegoro, Kemusu, Juwangi di wilayah Boyolali utara serta Kecamatan Cepogo, Musuk dan Selo di lereng Merapi, mulai merasakan dampak kekeringan pada musim kemarau ini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo, Rabu (2/8/2017) menjelaskan, tiap kali musim kemarau panjang datang, terdapat daerah-daerah yang menjadi langganan kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Meski sudah cukup berdampak, namun krisis air bersih belum terlalu parah sebab kemarau kali ini terkadang masih turun hujan.
"Memang ada beberapa wilayah yang mulai terdampak kemarau dan kekeringan," terangnya.
Untuk mengatasi dampak kemarau, sambun Sinung, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati dan para camat untuk penanganan. Pihaknya juga akan mengajukan anggaran sebesar Rp 200 juta ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat melalui BNPB Provinsi.
"Sementara bila ada permintaan bantuan dropping air bersih, kami berkoordinasi dengan PDAM, PMI, Bagian Kesra Setda Boyolali, serta Bakorwil II Surakarta," jelasnya.
Selain rutinitas dropping air bersih ke wilayah terdampak kekeringan, pihaknya juga mengupayakan solusi jangka panjang untuk mencegah krisis kekurangan air bersih. Diantaranya mengupayakan pembuatan embung di daerah-daerah yang rawan ataupun sudah langganan kekeringan tiap musim kemarau. Diharapkan keberadaan embung tersebut bisa membantu warga terdampak kekeringan, terutama untuk kebutuhan air bersih untuk aktivitas keseharian.
Salah satu wilayah yang terdampak kekeringan, yakni di Kecamatan Kemusu, terdata sebanyak 13 desa di wilayah Boyolali utara tersebut sudah mulai terdampak kekringan sejak sebulan terakhir, dimana lima diantaranya dinilai sudah cukup parah, yakni Desa Guwo, Watugede, Sarimulyo, Kedungrejo dan dan Desa Kedungmulyo‎. (R-11)