BOYOLALI (KRjogja.com) – Sejak 2010 lalu, produksi ikan keramba di Waduk Cengklik terus mengalami penurunan akibat adanya penurunan kualitas air akibat sedimentasi hingga merebaknya eceng gondok. Petani keramba berharap kondisi tersebut bisa pulih seiring adanya revitalisasi waduk yang saat ini masih berlangsung.
Ketua Kelompok Petani Keramba Mina Sejahtera, Maryanto, Selasa (3/1/2016) menjelaskan, penurunan produksi ikan paling terasa sepanjang tahun 2016 ini, dimana revitalisasi atau normalisasi waduk dilaksanakan dan sudah ada kesepakatan bahwa debit air waduk dibatasi maksimal hanya 500 ribu meter kubik saja. Saat ini, produksi ikan nila merah dari 40 petani keramba di kelompoknya hanya mencapai 500 kg per hari, jauh menurun dibanding produksi pada masa jayanya dulu sekitar tahun 2010 yang mencapai 1,5 ton per hari. Â
“Penurunan produksi sudah terasa sejak lama sebab kualitas ekosistem waduk terus menurun karena banyaknya sedimentasi serta eceng gondok. Beberapa tahun ini aktivitas keramba sudah lesu. Lebih banyak tekor dibanding untung,†kata Maryanto.
Menurutnya, kedalaman ideal untuk keramba yakni tujuh meter dengan kedalaman jaring sepanjang 3,5 meter, sementara kedalaman waduk saat ini paling hanya tiga meter saja. Hal tersebut diperparah dengan banyaknya tanaman eceng gondok yang menutup hampir seluruh permukaan waduk. Upaya untuk mengangkat tanaman parasit ini pernah beberapa kali dilakukan oleh warga bersama dinas atau instansi terkait. Namun upaya tersebut tak memadai karena pertumbuhan eceng gondok sangat cepat.
“Tak hanya keramba, wisata perahu juga banyak yang terhenti karena eceng gondok dan debit air yang sedikit. Namun kita maklum sebab saat ini memang sedang ada proses normalisasi waduk,†terangnya.
Menghadapi situasi tersebut, ia berharap normalisasi waduk yang sedang dilakukan saat ini bisa mengembalikan kondisi waduk seperti semula, dimana kondisi ekosistem waduk bisa ideal sehingga mendukung peningkatan produksi ikan oleh petani keramba. (R-11)