KLATEN (KRjogja.com) - Setelah 40 hari meninggalnya almarhum Serda Septian Wahyu Sarjono, TNI angkatan udara yang diduga korban kekerasan fisik oleh seniornya, kini pihak keluarga menuntut keadilan.
Gono Sarjono, ayah almarhum menjelaskan, ada kejanggalan pada jenasah anaknya, yakni mengeluarkan darah terus menerus. Saat serah terima korban, mengaku tidak bisa menerima seutuhnya. Ia tetap akan berupaya menempuh jalur hukum.
Sebagai orangtua korban, Gono Sarjono yang tinggal di Desa Kragan, Delanggu, Klaten ini mengaku prihatin atas kekerasan yang menyebabkan kematian, dalam pendidikan angkatan udara. Guna mempercepat proses hukum, ia mengirim surat kepada presiden RI, Joko Widodo.
"Saya akan menempuh jalur hukum, kalau harus dilakukan otopsi juga siap, demi memperjelas kasus kematian anak saya,†kata Gono Sarjono.
 Seperti diketahui sebelumnya, Serda septian tewas pada awal juni lalu, diduga korban kekerasan yang dilakukan seniornya saat menjalani pendidikan di Bandung.
Septian dimakamkan secara militer di Permakaman Kleron, Delanggu, Klaten, Sabtu (4/6/2016). Serda Septian merupakan siswa Sekolah Kejuruan Dasar Listrik dan Elektronika (Sejursarlislek) angkatan 42 Skadron Pendidikan (Skadik) 203 TNI AU. Serda Septian lahir di Klaten, 30 September 1995, merupakan anak dari pasangan Gono Sarjono dengan Muryati. (Sit)