Krjogja.com Sukoharjo Masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem berdampak pada kerawanan bencana alam selama periode Desember 2024 dan Januari-Februari 2025 karena merupakan fase puncak musim hujan. Terdekat kewaspadaan dilakukan masyarakat saat menghadapi akhir tahun 2024 bersamaan momen perayaan Natal dan tahun baru.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Sabtu (30/11) mengatakan, kewaspadaan terhadap bencana alam semakin diintensifkan mengingat kondisi cuaca sekarang cukup ekstrem dimana ada peningkatan curah hujan dan angin kencang setiap hari. Hujan deras dengan durasi waktu lama berdampak pada peningkatan signifikan debit air sungai. Sedangkan angin kencang bersifat merusak seperti merobohkan pohon dan atap bangunan.
Cuaca ekstrem tersebut membuat BPBD Sukoharjo gencar memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kerawanan bencana alam. Sebab banjir, angin kencang, bahkan tanah longsor bisa terjadi kapan saja.
Baca Juga: Ini Daftar 25 Nama Pejabat Baru yang Mensesneg Lantik di Kementerian Sekretariat Negara
BPBD Sukoharjo membagi dua fase kerawanan bencana alam. Pertama yakni fase menjelang akhir tahun dimana bencana alam diwaspadai bersamaan dengan momen perayaan Natal dan tahun baru. Pada periode Desember 2024 diperkirakan ada peningkatan curah hujan disertai angin kencang.
Selama satu bulan tersebut dan menjelang akhir tahun 2024 masyarakat diminta tetap waspada. Khususnya warga yang tinggal di wilayah rawan banjir seperti di bantaran Sungai Bengawan Solo dan sungai lainnya. Termasuk warga yang tinggal di wilayah rawan angin kencang berdampak pada pohon tumbang.
Fase kedua yakni pada periode Januari dan Februari 2025 dimana merupakan waktu terjadinya puncak musim hujan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan curah hujan. Selain itu, BPBD Sukoharjo juga sudah menerima informasi awal dari BMKG terkait kondisi cuaca termasuk waktu puncak musim hujan.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca DIY 30 November 2024, Simak Wilayah yang Berpotensi Hujan!
"Jelang akhir tahun 2024 dan memasuki awal tahun 2025 masyarakat diminta mewaspadai cuaca ekstrem berdampak pada kerawanan bencana alam selama periode Desember 2024 dan Januari-Februari 2025 karena merupakan fase puncak musim hujan," ujarnya.
Sebagai bentuk kewaspadaan tersebut maka BPBD Sukoharjo gencarkan pemantauan wilayah. Termasuk mengaktifkan tanggap bencana alam sampai ditingkat desa dan kelurahan. Pemkab Sukoharjo sendiri sudah memiliki kecamatan dan desa tanggap bencana tersebar disejumlah wilayah. Keberadaanya kembali diaktifkan dengan melibatkan unsur terkait.
"Dimulai dari deteksi dini, pencegahan dan penanganan apabila bencana alam sampai terjadi ditingkat kecamatan, desa dan kelurahan. Petugas terkait dilibatkan bersama masyarakat," lanjutnya.
Baca Juga: Dari Desa untuk Dunia, Digitalisasi Desa Wisata Katongan Gunungkidul untuk Kesejahteraan Rakyat
Sekretaris Daerah (Sekda) Sukoharjo Widodo, mengatakan, Pemkab Sukoharjo sudah melakukan kesiapsiagaan bencana alam dengan melibatkan OPD dan pihak terkait lainnya. Khusus OPD seperti melibatkan BPBD, DKK, Dinsos, RSUD dan lainnya. Nantinya masing-masing OPD melakukan tugas sesuai dengan tupoksinya.
Salah satu kesiapsiagaan dilakukan Pemkab Sukoharjo yakni terkait pemenuhan kebutuhan logistik makan dan minum saat terjadinya bencana alam. Jaminan diberikan kepada warga terdampak bencana alam oleh pemerintah dehhh memberikan makan dan minum gratis.
Pemkab Sukoharjo juga akan menyiapkan kebutuhan dasar kesehatan berupa pengobatan kepada warga terdampak bencana alam. Sebab warga yang tinggal di pengungsian saat banjir terjadi rawan sakit. (Mam)